“Ga percaya” kagetku
“Beneran kok. walaupun sejujurnya gw ga rela.” ia menunduk lesu sambil memotong cakenya
“Kalo ga rela kenapa diputusin? Aneh lo ah!”
Maria menengadah, lalu menatapku
“Dia nggak bakal aman selama masih sama gw, Tet!” teriaknya histeris
“Woo.. sabarr mar… gw ga bermaksud..” kataku agak takut
Maria terdiam. Sejenak kemudian ia kembali sibuk memotong motong cakenya.
Setelah ia cukup tenang, aku bertanya lagi sebagai obat penasaranku
“M..maksud lo ga aman?” tanyaku hati-hati
Maria berhenti memotong kuenya dan menatapku lagi.
“Stella, Tet. dia ga bakal berhenti ngganggu sampe ge sama simon PUTUS”
Ucapan Maria kali ini benar-benar membungkam mulutku. Aku tak berani bertanya lagi. Angkat bahu deh soal yang ini!
***
10 hari sejak pertemuan di atas…
Ya ampun. Dia kenapa ya? Seminggu lebih ga masuk.. jadi khawatir..
“MARIAA!”
Busetttt! Ada Geledek!! Geledeeek!!!
aku langsung menutup kedua telingaku dan menatap ke depan
“Iya bu?” tanyaku dengan tampang polos watados
“Iya bu, iya bu??! Pikiran kamu kemana?? Daritadi melamun terus! Keluar dan cuci wajah kamu!!!!” teriak Mr. Foxy
Anak anak yang lain terlihat menahan tawa. termasuk Butet dan Vita.
Aku cepat cepat keluar kelas tanpa membantah
Dasar guru killer. betul kata anak anak. siaaaallll! huh! umpatku dalam hati
Aku membasuh wajahku di toilet lalu kembali ke kelas
“Sudah segar?” tanya guru killer yang menyebalkan itu ketika aku masuk ke kelas.
Nadanya benar benar m e n j e n g k e l k a n. Bikin emosi aja.
“Sudah dong pak. kalo belum nanti saya kena semprot bapak lagi” jawabku sekenanya
Wajah guru itu merah padam menahan marah. Bodo ah, siapa suruh galak galak
Pelajaran yang memboringkan pun berlanjut lagi -___-“
***
“Mar katanya Simon masuk rumah sakit”
Aku berhenti menyeruput tehku dan menoleh ke arah Vita.
“Jangan bercanda Vit. lagi makan nih”
“Kamu nih dikasi tau…malah ngeyel!” seru vita
“Tapi dia nggak papa kan?” tanyaku agak cemas
“Mana aku tau.. Alvent ma Hendra kok yang kasih tau aku.”
Aku terdiam. Sekarang beneran khawatir nih.. kalo bener dia masuk RS, sampe lebih dari seminggu ga masuk kuliah..sakitnya… sakitnya.. jangan jangan parah… Aduh!
Pikiranku kacau!
Vita melirik kecil ke arahku.
“Simon sakit gara gara kamu tuh. kangen kalik,” candanya sambil tertawa kecil
***
“Vent, si simon beneran masuk rumah sakit??” tanyaku saat bertemu dengannya di lap. basket dekat kost
“Iya. udah seminggu yang lalu kok, Mar. kamu baru tau??”
aku mengangguk lesu. huft, ini semua gara gara aku. gara gara perbuatanku.
“Jenguk aja nih” Alvent menyerahkan selembar kertas berisi alamat rumah sakit dan kamar pasien
“Makasih ya Vent!” ujarju sambil tersenyum lebar
***
“Permisi..” aku mengetuk pintu perlahan
“Masuk” suara seseorang dalam kamar
Aih suara Simon. Kangennya diriku. Aku pun membuka pintu dengan hati berdebar debar..
KLEK..
Pemandangan berikutnya benar benar membuatku shock.
Terlihat Simon sedang makan disuapi oleh seorang wanita. Ya, dia Stella.
Seketika parsel buah yang kupegang terjatuh..
“Maria..??” Simon langsung berusaha bangun begitu melihatku
Suasana kaku. Stella salah tingkah. Simon juga. Aku pun begitu. Hening untuk sesaat.
Aku cepat-cepat memungut parsel buahku, lalu meletakkannya di meja dekat pintu.
“Cuma mau menyerahkan ini kok..” aku tersenyum kaku
“Maaf sudah mengganggu, aku permisi..”
Cepat cepat aku meninggalkan kamar itu.
Bulir bulir air mata jatuh membanjiri pipiku. Suster dan para penjenguk pasien di sepanjang lorong RS itu melihatku dengan tatapan heran. Whatever.
Payah, kau Maria! Padahal aku sudah berjanji. Sudah berjanji untuk merelakan cintaku. Merelakan cintaku kandas asalkan Simon bahagia. Berjanji untuk tidak menangis lagi, apapun keadaannya.
Namun ternyata aku belum siap untuk terluka. Simon begitu berarti untukku. Dan sekarang… belum genap 2 minggu kami putus.. sepertinya ia sudah dekat dengan Stella..
Aku telah belajar untuk merelakannya. Aku telah belajar untuk melupakannya. Tapi kenangan indah bersama Simon tak pernah terganti. Rasa itu selalu untuk dia dan hanya untuk dia.
Dan air mata ini jatuh lagi, terus mengalir..
No comments:
Post a Comment