“Pak, 1 mangkok!” teriakku
Vita hanya memperhatikan aku sambil geleng geleng kepala
“Gila, lo, tet! udah habis 3 mangkok tuh!”
“Gapapalah sekali sekali”
“Jangaaaaan, ntar lo gendut gimana?”
“Biarin aja gendut”
Vita terdiam lalu menaikkan 1 alisnya
“Hng… jangan jangan ini semua gara-gara Hendra ya?” tebaknya
Aku berhenti makan & menatapnya sebentar
“Mungkin. Au ah elap. males gw mikirin orang rese kayak dia!” aku pun meneruskan makan mie ramen kesukaanku
“Ckckck.. separah itukah?”
“Iya. parah banget malah. gw minta putus, di-iya-in aja sama dia. gila ga tuh!”
“Hah?? serius lu??”
Aku mengangguk
“Kali aja dia emang udah ga sayang sama gw” ujarku santai
“Hushhh, jangan ngomong gitu ah. pasti masih bisa diperbaiki koq :)”
Aku mengangkat kedua bahuku
***
Paginya…
@Harvard
“Hendra setiawan, tolong maju ke depan!!” teriak dosen pembimbing, Mr. Olga (bukan olga syahputra)
“Yes, sir”
“Pada pertemuan pertama sudah saya ingatkan, saya sama sekali tidak suka pada murid yang melamun atau tidur saat pelajaran saya. Kamu tau itu kan?”
“Tau pak.”
“Lalu kenapa melanggar?”
Hendra hanya menunduk. ia tidak menjawab.
“Basuh wajah kamu SEKARANG!” teriak Mr. Olga sambil menunjuk ke arah pintu
“Yes, sir”
**Di jalan menuju wastafel, *halah*
Hendra melihat Butet. ia pun menyapa, dengan watados-nya
“Li!”
Lilyana menoleh
“Oh, hai” ia tersenyum sinis
Hendra : “ngapain di sini?”
Lilyana : “cari daun buat penelitian”
Hendra : “oh.. ”
Lilyana yang sedang badmood berat ingin cepat cepat menghindari Hendra, maka ia pun memilih untuk pergi
Hendra : “Eh Li, tunggu!”
Lilyana : “Apalagi?”
Hendra : “ng.. nggak jadi deh..”
Lilyana memutar bola matanya. menghela nafas, lalu pergi meninggalkan Hendra.
“Argh, Butet ngambek deh sama gw.. harusnya gw denger dulu penjelasan dia….. tapi udah terlanjur. huh! bodo banget gw bodo bodooo!” hendra menepuk jidatnya
***
Aku tambah badmood abis ketemu sama Hendra tadi. GOD, kenapa harus ada dia sih di situ, kenapa kita harus ketemu!!! padahal orang yang paling ga pengin kutemui adalah dia! huuuh apeeesss!
Bel berbunyi. waktunya pulang, yeaah! dengan begini aku bisa pulang, terus mendekam di kamar kesayanganku sambil dengerin lagu…. itu satu-satunya cara buat ngelupain masalah tentang Hendra.!
“Lilyana!”
“Eh Yong Dae. ada apa?”
“Pulang bareng yu!”
“boleh deh.. ayo ayo..”
**saat itu datanglah Hendra Setiawan..
“Lilyanaa, kamu mau pulang bareng aku?”
“Nggak usah deh. aku mau pulang sama Yong Dae”
“Tapi, Li..”
“Udahlah!,.., ayo Yong Dae kita pulang” ujarku
Kami pun meninggalkan Hendra. sosoknya semakin lama semakin mengecil, hingga akhirnya jauh & tak terlihat dari pandanganku
**Di perjalanan…
“Li, apa kamu tadi nggak keterlaluan..?”
“Keterlaluan apanya?”
“Aku kok kasihan ya sama Hendra. sepertinya tadi dia mau ngomong yang penting sama kamu.. tapi omongannya kamu potong..”
Entah kenapa, aku marah mendengar perkataan Lee Yong Dae barusan. Sisi lain hatiku mengatakan semua itu memang benar, tapi sisi hatiku yang lain bilang, bahwa Hendralah yang salah dan dia pantas mendapatkan itu.
“Yong Dae, aku minta turun di sini aja!”
Yong dae menghentikan sepedanya.
“Maafkan aku Lilyana, mungkin aku lancang..”
“Makasih selama ini kamu udah baik sama aku, tapi bukan berarti kamu berhak ikut campur masalah pribadiku! permisi” ujarku setengah berteriak
Aku pergi meninggalkan Yong Dae sendirian, menuju ke kostku
Kudengar dari belakang ia memanggil manggil namaku, namun aku tak peduli.
Air mataku menetes. Kenapa hari ini aku merasa sangat terluka? kenapa hari ini aku benar-benar menjengkelkan? maafkan aku Tuhan.. tapi ini semua bukan mauku, bukan keinginanku…ini semua karena cinta..
Cintaku kenapa harus rumit begini sih..? aku ingin cintaku membawa kebahagiaan, bukan sakit hati kayak gini..
***
Udah jam empat nih. Simon mana ya?
“Mariaa!!” seseorang memanggilku
Aku menoleh
“Simoon!!”
**terengteng teng terengteng teng terdengarlah musik kuch kuch hotahai
(aduh apaan sih ini penulis ngaco merusak suasana)
*kembali ke marmon yee hehe :)
“apa kabar?” Simon memelukku
“baiiik… hehe.. kamu?”
“baik juga kok.”
“keadaan mamamu gimana? nggak papa kan?”
“mamaku nggak papa koq.. kata dokter kecapean aja.. sibuk kerja terus sih..”
“ooh… syukur deh..”
**tiba-tiba Simon memperhatikan seseorang..
“Mooon!”
“Haiii!”
Kedua orang itu berpelukan & berjabat tangan..
Simon : “Mar, sini! kamu masih inget dia kan?”
*TO BE CONTINUED*
No comments:
Post a Comment