*Casting*
“Sekarang waktunya casting!!!!! mbak mas yang mau casting cepat berkumpul disini!! make up, lampu, kamera, siaaaapppp”
“kamera siaaap”
“make up siaaap”
“lampu mana lampu?? rida kamu atur lampunya!”
Ya Tuhan... baru tau aku di Production House itu seribet ini. bayangin aja, mau syuting doang butuh lebih dari 20 tenaga. setau aku cuma butuh kamera, wallpaper blakang, artis, potografer trus jeprat jepret sama syuting gambar, udah, selesai. Realitanya? kayak gini? repooooooooot, pantes aja bayaran artis mahal.
”Ayo mas Hendra dan mbak.. siapa tadi?”
”Lilyana,” aku tersenyum ragu
”Lilyana kepanjangan, saya panggil mbak yana saja ya!”
”Iya”
”Yasudah, ayo mbak! nanti gentian sama aktor lain. sekarang di make up dulu ya.. ” si pegawai PH tersebut menarik tanganku
What??? MAKE UP????? NOOOOOOOOOOOOO
***
Hendra terus menerus terkikik geli di sampingku. Sialaaaaaan lagi kok pake didandanin segala sih?
Aku hanya bisa memonyongkan bibir.
”Issssh siaaal kamuuuu daritadi ketawa mulu nyebeliiiin. aku lupa kalo mau syuting artisnya dimake up duluuu huaaa”
”Hmph.. hee habis lucu banget sih wajahmu. butet yang tomboi dikasih eye shadow warna pink!!! hahahahaha”
”Cih! heboh banget ketawanya”
”siriiik looo.. suka suka gw laaah” Hendra masih belum berhenti tertawa
Aku mengangkat kakiku yang bersepatu higheels, daaaaaaannnnnnnn
nyeeeeeeeeeet!
”WADAAAAAAW” teriak Hendra
”Rasain tuh! ngetawain mulu sih!” aku tertawa kecil
”Kejam! tadi pake sepatu kets, eh sekarang tambah parah.. pake higheels!!” Hendra mengusap kakinya
”Sukur! haha”
Hendra berteriak teriak kesakitan. ”Li, tolongin aku, kakiku beneran sakit, kayak mati rasa!” wajahnya memerah
Hah? jangan jangan dia serius!
Aku pun cepat cepat menghampiri Hendra
”Ndraaa.. maaf aku keterlaluaaan. kamu nggak papa kan??” tanyaku cemas lalu menyentuh pundaknya
Hendra masih menunduk.
”Ndra, jawab...” aku benar benar panik
*KISS* Hendra tiba tiba mendongak dan mencium pipiku!
“Hendra…..awas kamu!!” aku bangkit lalu mengejarnya
**20 menit berkejar-kejaran, kami kelelahan, lalu kami duduk di sebuah bangku panjang
”Eh, sekarang gw tanya serius ya? sebenernya ini iklan apaan sih? ngapa pake didandanin segala?” tanyaku ngos ngos an
”parfum.” jawab Hendra singkat. ia menyeka keringatnya dengan sebuah sapu tangan
”He?? parfum??”
”Iya. jadi critanya sejoli gitu, yah pokoknya ntar ada skenarionya kok, Tet”
Aduh, bakalan berhasil ga ya syuting iklan ini? aku kan grogian..
”Aku takut, Ndra”
”Gapapa, santai aja. daripada kalo kamu ngundurin diri, peran ini diambil cewek laen ntar. eh, kan gapapa deng ya? gapapa kan?”
Aku sudah latihan untuk peran ini. aku pasti bisa!
”Enak aja, GA BOLEH laaaah!!”
-------
”Mas Hendra dan mbak yana take 1”
”Iya!” kami berdua menjawab kompak
**Di tempat sutradara
”Mbak yana, ceritanya kamu hendak nyamperin Hendra, pacar kamu, untuk memberikan kado padanya. nanti kamu tinggal berjalan saja.. dari sini sampai ke sana, lalu melihat Hendra sedang berpelukan dengan wanita lain. kamu lari ya, sampai batas ini. ”
Aku cukup paham. ternyata ini toh gunanya selotip putih yang banyak terdapat di arena syuting. penanda jarak.
”Iya pak. selanjutnya?”
”Hendra melihat kamu & mengejar, namun tak terkejar.”
Aku mengangguk angguk
”langsung ke pagi selanjutnya... kamu hendak pergi ke luar negeri, karena orangtuamu pindah tugas. mendadak. namun karena sedang bertengkar, kamu tidak bisa mengucapkan salam perpisahan pada Hendra.”
”Hendra mengejar kamu, namun terhambat kerumunan orang banyak. tiba tiba kamu mencium parfum kesayangan Hendra, lalu kalian pun bertemu.”
Hufft... ternyata sebatas itu. untunglah..
”Sudah kan, pak?” aku hendak ngeloyor pergi
”Belum.. terakhirnya ada adegan *sensorrrrr* kamu dengan Hendra” ujar sutradara tersebut dengan santainya
”HAH???? Serius pak???”
”Serius dong... kalau hal seperti ini sih... sudah biasa, buat kamu yang sering main iklan.. iya kan, Yana?”
”Eh oh iya sih pak.. saya cuma agak kaget saja kok” aku sedikit tersenyum. tersenyum tipis.
Pak sutradara meninggalkanku
*TAKE 1*
Aku salah gerakan, nglewati batas!! Ulang dari awal.
*TAKE 2*
Udah nggak nglewati batas. sekarang adegan nangis..
”Hendra..” hiks.. aku mulai mengeluarkan air mata bombayku
Aku pun berlari...Hendra mengejarku
tapi emang dasar artis amatiran, aku lari terus, nggak liat ke depan...
BRUKKK
kesandung kabel!!!!
*TAKE 3*
Ulang lagi dari awal..
”Hendra..” aku menangis dan berlari..
Yess akhirnya adegan ini berhasil.. malu sumpah, jangan sampe kesandung kabel lagi…
*TAKE 4*
”Yana, maafkan papa.”
”Kenapa pa?’
”Besok kamu ikut papa dan mama kan?”
”Ke mana??”
”Kita pindah. rumah, sekaligus sekolah kamu.”
”Tidak.. aku tidak mau pindah.. itu berarti aku harus berpisah dengan teman-temanku & Hendra. aku tidak mau Papa!!”
”Tapi.. sebaiknya kamu ikut, Yana. Masa depanmu bersama papa & mama akan lebih terjamin disini”
Yana berpikir agak lama...
”Ya sudah, Yana ikut mama dan papa..” ujar Yana berat hati
”Bagus, anakku. kamu mulai siap siap hari ini. besok kamu berangkat ya. papa dan mama akan tunggu kamu di bandara.”
”Maafin aku Hendra, bahkan sampai saat terakhir kita pun harus seperti ini, aku tidak ingin pisah.. tapi maafkan aku Ndra.. aku harus...” dan Yana pun menangis
*TAKE 5*
**Hendra’s take
”Apa? Yana pergi ke luar negeri??’
”Ya, ia berangkat pagi ini.”
Hendra langsung menuju ke bandara
@Bandara...
Hari ini Yana berangkat.
”Selamat tinggal, Hendra” Yana mengecup foto Hendra lalu membiakan foto itu terbang dibawa angin
Saat akan menaiki pesawat, Yana mencium bau parfum yang sudah sangat dikenalnya. Parfum kesukaan Hendra.
Dan ketika menoleh..
Hendra terengah engah, berlari ke arahnya.. lalu dengan cepat memeluknya..
”Kemarin kamu salah paham. gadis yang kupeluk itu adik sepupuku.”
Yana menangis.
**Tibalah saat adegan yang paling ditakuti lilyana... *sensor*!!!
Hendra memiringkan kepalanya, wajahnya & yana semakin berdekatan..... semakin dekat..... semakin dekat, daaaaaaaaaaaaannnnnn
”.....!”
”CUT!” teriak kameraman
”Bagus! kalian berdua bagus! senin depan iklan ini akan tayang! selamat ya, kalian pasti tenar!” teriak sutradara sambil mengacungkan jempolnya
Lilyana masih kaget dengan kejadian barusan. ia terpaku. sejenak kemudian, ia menoleh ke arah Hendra, Hendra mengedipkan matanya lalu nyengir dan pergi
Wajah Lilyana bersemu merah. Tak ada yang tau bahwa adegan *sensor* tersebut tak pernah terjadi
Tadi wajah Hendra & Lilyana memang sangat dekat. mereka hampir saja melakukannya. namun Hendra menutupi wajah mereka berdua dengan tangannya, lalu memilih mencium Lilyana di pipi.
***
Aku pun menghampiri Hendra.
”Kenapa kamu ngak jadi ngelakuin? ga mau kalo sama aku ya?’
Hendra tertawa kecil
”Siapa yang nggak mau *sensor* sama pacarnya sendiri? apalagi kalo cewek secantik kamu”
Aku merasakan wajahku memerah lagi
”Lalu kenapa?” tanyaku penasaran
”Aku hanya tidak ingin memaksa gadis yang aku sayangi melakukan itu. itu kan bukan untuk main main. lagian sepertinya tadi kamu nggak rileks.”
”aku akan tunggu sampai hati kamu siap” ia tersenyum lalu meninggalkan aku
Aku terdiam. sesaat kemudian, mengejarnya
”HENDRA!” panggilku
”Iya?”
Saat ia menoleh, aku menarik kerah bajunya, berjinjit, laluuuuuuuu
(ngapain hayoo??? jangan ngeresss, bayangin aja deh sendiri! :P)
*TBC*
No comments:
Post a Comment