Kubuka mataku perlahan.
Ruangan putih bau obat, pasti di rumah sakit..
Huft, terima kasih Tuhan.. kau masih beri aku kesempatan untuk hidup, aku kira aku sudah mati..
O iya!! seketika aku ingat Hendra.
Aku berusaha untuk bangun meskipun seluruh badan terasa sakit.
Ugh.. kucopot selang infus yang terpasang ditangan kananku, darah langsung mengalir deras, namun tak kuhiraukan. Yang ada dalam pikiranku sekarang cuma Hendra. Ya, Hendra, bagaimana keadaannya sekarang, dan apa yang telah terjadi padanya??
Aku berjalan melewati lorong rumah sakit, hendak menuju bagian info
Dari kejauhan kulihat Maria sedang bersama Simon, kok sepertinya ia sedang menangis ya? lalu pandanganku mulai terasa kabur... sekilas aku melihat Maria berlari ke arahku dengan panik.. setelah itu, semuanya Gelap
***”Buteeet..!” Maria memelukku sambil menangis ketika aku tersadar lagi.
”Kamu ngapain sih pake keluar kamar segala? kamu tuh masih sakit, Tet!”
”Hendra gimana Mar? Dia nggak papa kan?? Jawab aku Mar!!” kataku sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya
**Tiba-tiba Simon menjauhkan Maria dari aku.
”Hendra kenapa Mon??? Jawab aku!!!” tanyaku setengah berteriak
”Tet, kamu harus sabar ya.. Hendra kecelakaan,” kata-kata Simon barusan benar-benar membuatku shock.
Tanganku yang semula mencengkeram erat lengan Simon langsung lemas
”Mon, anterin aku ke tempat Hendra sekarang juga!!!”
”Tapi, tet..”
”Mon, please....” kataku memohon
”Oke, kita ambil kursi roda dulu”
**Sepanjang perjalanan ke kamar Hendra aku menangis tanpa henti. Aku takut ada apa-apa dengannya.....
----In Hendra’s room
Aku hampir tak mengenalinya.
Siapa dia? Tangan & kakinya dibalut perban. begitu juga kepalanya. Ia tak sadarkan diri. Ya Tuhaan, Hendra-ku jadi begini.......
**Tiba-tiba dokter masuk..
”Dia nggak apa apa kan dok???” tanyaku cemas
”Mmh.. dia..”
”Kenapa dok??”
”Dia terkena benturan keras di kepalanya. Akibatnya dia koma..”
ASTAGA, koma?? aku tak percaya, tapi mana mungkin sih, saat seperti ini dokter bercanda?
”Tapi nggak akan selamanya seperti ini kan, dok..?” aku hampir menangis
”Kami tidak dapat memastikan apapun, benturan pada kepala pasien cukup keras, nona”
”Berapa lama dok, perkiraan koma?”
”Mungkin..... 2 tahun..., paling cepat 8 bulan..”
Tangisku pecah. Tuhan, selamatkan dia, dia hartaku...
*** Vita, Ahsan, Alvent, Greys datang menjenguk.
”Tet...” Vita mendekatiku
Aku menoleh.
”Kamu harus tabah.. Hendra pasti sembuh..” katanya sambil menyentuh pundakku.
Kali ini aku tersenyum ragu. Handphoneku bergetar. SMS dari mama.
-Nak, kamu nggak papa kan? kata Greysia kamu sakit.. mama perlu jenguk kamu?-
aku mulai mengetik sms.
–Aku nggak papa kok ma. cuma agak kecapean.. aku minta doa mama aja ya ma..-
Belum dibalas. Kulihat wallpaper yang terpasang.
Fotoku & Hendra, waktu kelulusan, lengkap dengan seragam SMA kami yang dipilox.
Aduh, air mataku jatuh lagi.. Kapan ya, kita bisa bersama lagi, Ndra..??
***Sebulan, dua bulan, tiga bulan... masih belum ada tanda-tanda Hendra sadar..
Aku hampir saja menyerah bila tak ada teman-teman yang selalu mendukungku.
Aku sudah keluar dari rumah sakit. Sekarang aku bekerja di ”Bonheur Cafe”, sebuah toko kue mini.
Bu Hana, pemiliknya betul betul ramah. Gaji di sini juga lumayan, cukup untuk bayar kost, makan, dan sedikit nabung..
Kegiatanku sehari-hari....pagi kuliah, pulang kuliah langsung bekerja part time.. Sorenya aku sempatkan menengok Hendra.
Hei, ini rahasia ya! Kadang aku mengajak Hendra berdialog, layaknya ia sadar.
”Sore, Ndra... aku bawain makanan buat kamu nih..” atau ”Hai hai.. kamu lagi ngapain Ndra?”
Mungkin aku terlihat seperti orang gila, dan aku sadari itu.
Tapi gimana lagi? itu satu-satunya caraku buat menghilangkan sepi.
Sore ini seperti biasa kujenguk Hendra. Ia terbaring lemah tak bergerak.
Aku mengecup keningnya. Ah Hendra.... aku bener-bener kangen sama kamuu....
***Aku sedih melihat Butet terus-terusan seperti itu. Aku juga kasihan pada Hendra. Aku bener-bener turut prihatin...
“Greys!!” teriak seseorang
“Hai san” kataku sambil menoleh
“Hm.. pasti mikirin Butet lagi ya..?”
”Tau aja kamu” aku tersenyum ragu
”Dah, aku nggak pengin liat kamu sedih lagi, sekarang kita berdoa aja buat kesembuhan Hendra..” Ahsan menepuk pundakku
”Iya,,,” aku mengangguk.
***”Mon, kamu nggak papa?” sebuah suara mengagetkanku
”Enggak kok mar..”
”Ih kamu pucet loh.!!”
”Masa’?” Tiba-tiba Maria mencubit pipiku
”Aww!”
”Idih,, gw becanda kali mon!” maria tertawa geli Maria memang selalu punya cara untuk menghilangkan kegundahanku. Semoga semuanya segera membaik, deh.
*** Vita & Alvent sedang duduk berdua.. Saat itu Alvent melihat bintang jatuh..
”Vit vit, make a wish, cepet!!!”
“Ha??”
“Itu tuh ada bintang jatuh!!”
**Alvent menggenggam tangan Vita, lalu mereka berdua mengucapkan permohonan masing-masing (dalam hati)
”Kamu minta apa?” tanya Vita
”Ada deeeh, ntar kalo dikasi tau ke kamu nggak dikabulin”
”Dasar jelekkkk” vita mencubit pipi alvent ”Dasar genduuuut” balas Alvent sambl mencubit pipi Vita
*****Tak terasa... satu setengah tahun berlalu... Hari itu aku pulang kemalaman. Tadi di kampus terlalu asik membahas skripsi, sih.. Mana aku tak membawa sepeda lagi..
Tiba-tiba, aku merasa diikuti. Aku takuuuuuut!! apalagi sekarang lagi santer-santernya gosip ‘penguntit’ dan ‘stalker’... hiiiiiiii..!!! walaupun aku tomboy, tapi gimanapun juga, aku tetep cewek, yang lemah.
aku tak mau ambil resiko. aku mempercepat lariku.. langkah itu semakin mendekat.. ia mengikuti aku..! Tiba-tiba sosok itu menutup mataku... aku sudah siap berteriak..
”Aaaa..!!!phhh” hiiiiyyy mulutku dibekap olehnya!
”Sssttt......”
Aku kenal suara itu! Aku pun memberanikan diri berbalik badan....
Tuhan, apa aku salah liat?? itu Hendra!! Dia Hendra!!
”Hai Lilyana” katanya sambil tersenyum manis.
Walaupun saat itu gelap, aku tetap dapat melihat jelas sosoknya. Iya, itu memang Hendra. Kepalanya diperban, ia mengenakan jaket kesayangannya.
Aku ternganga. Sesaat kemudian aku sudah memeluknya dengan erat. Terima kasih Tuhaan,, engkau telah menjawab semua doaku! Aku menangis saking terharunya.
”Aku nggak percaya kamu balik. Jangan pernah tinggalin aku lagi, ya” isakku
Hendra melepas pelukanku, lalu mencium keningku
”Nggak akan, li..”
Seneng bangeeet, nggak bisa diungkapin pake kata-kata! Speechless!!
Hendra menghapus air mataku.
”Jangan nangis lagi dong. aku udah balik nih” katanya sambil tertawa renyah
Aku tersenyum. **Tiba-tiba ia mendekatkan wajahnya pada wajahku... Dan.. di bawah langit berbintang itu, kami pun.....................................
(terserah pada pembaca ^^)
*TO BE CONTINUED*
No comments:
Post a Comment