Hei readers, kali ini tokoh utamanya Mbak VITA MARISSA
so, enjoy ^^D
***
Aku dan Alvent duduk berdua di taman. Tadinya sih, mau main badminton, sampe di taman eeeeh udah banyak yang make, kehabisan tempat deh. Jadilah kita berdua cuma duduk duduk aja
“Kapan kita mau nyusul yang lain?” celetukku tanpa sadar
“Hah?” Alvent langsung menoleh
“oooppsss becandaa” aku memasang jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V
Kami terdiam cukup lama.
Duuuh, tengsin deh pake salah ngomong segala!
“Kalo itu mau kamu, kita secepatnya nyusul, Vit” ucap Alvent lirih, ia memalingkan wajahnya
NGEEEEEEH
***
10 Januari
Akhirnya hari ini masuk kuliah lagi. Males banget harus dengerin ocehan plus omelan dosen setiap harinya. Sepertinya bakalan jengah.
“Pada dasarnya, teori Alfa, adalah ketika…….bla..bla..bla”
Nggak konsen deh. Daritadi ngerasa jadi bocah yang didongengin sama ortunya. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Bahkan suara dosen lebih mirip suara dengung nyamuk. Ngoceeeeh aja sendiri. Ga peduli si murid yang diocehin itu ngedong apa enggak. Beuuh
Aku tidak mendengar penjelasan dosen 1 kata pun. Malah memainkan bolpenku di atas meja. Sampai akhirnya…
“VITA MARISSA!!”
Buseeeeet! Aku menutup telingaku. “Ya, bu?” aku belagak polos
Ms Kana, si Dosen tersenyum manis. Menurutku bukan pertanda baik, deh.
“Sepertinya kamu asik sendiri deh sama pulpen kamu, daritadi. Kurang kerjaan ya? Coba dong sayang, kamu maju ke depan dan kerjakan soal ini. Kamu sudah bisa kan yaaa?” ujarnya keras.
Hoahm, bener kan apa kubilang. Suru ngerjain soal. Hashh bikin tambah ngantuk aja.
Aku maju ke papan tulis dengan langkah gontai.
Setelah mencermati soal, aku mulai mengerjakan dengan cermat.
Aku berbalik.
“Begini saja kan, BU?”
Ms. Kana tersenyum masam. Keliatannya dia malu sekali, tuh.
Dengan cepat aku menuju ke bangkuku lalu duduk manis.
Maria, Greys, dan Butet menahan tawa melihat tingkahku.
“Mantabb Vit” Butet nyengir sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Aku tersenyum kecil lalu kembali ‘menyimak’ pelajaran.
***
---Break time
@kantin
“Hai Vit” sapa Hendra
“Hai juga. Beli apa ndra?”
“Beli baju nih.”
“Hah??”
“Jiah becanda gw. Ya beli makanan la”
“Oh, hehe”
“Eh Vit, tau ga kalo hari ini alvent ga masuk?”
“Hah? Siapa???” aku tidak mendengar pertanyaan Hendra saking ramenya kantin pagi itu.
“Bojomu, Vit!!” ujar Hendra setengah berteriak. Orang-orang di sekitar kantin sontak memperhatikan kami.
“Ishhhh elu mah, bikin malu, jadi diliatin tuh” sahutku agak malu
“Sorry sorry sorry jek” Hendra menirukan gaya putri penelope
Aku tertawa melihatnya “Dasar keong racun holic”
“Wkwkw udah ah. Gw mau nanyain Alvent, malah jadi keong racunn”
“Lah salah elu itu pan, wkw. Emang kenapa kalo dia ga masuk? Paling juga bolos tuh orang” jawabku santai
“Bukan itu masalahnya. Dia udah 3 hari ga kasih kabar loh. Elu ga tau kan??”
“Eh, serius lu?”
“Iya lah. Bahkan dia ga pulang ke kost. Tiap ditelpon, nomernya pasti ga aktif,”
“Waduh…” aku mulai agak cemas
“Makanya gw tanya elu, siapa tau aja lo tau. Kan elu bininya”
Aku menendang kaki Hendra.
“Wadawww piss taaa” Hendra mengeluh memegangi kakinya
“Seriusan nih Ndra. Kayaknya gawat deh.”
“Ah kalo lo aja yang pacarnya kaga tau. apalagi gw” Hendra angkat bahu
“Bisa bantu gw ga?”
“Bantu apa??”
“Lo tau tempat kerjanya Alvent kan??”
“Tau, tapi jauh banget vit… tempatnya pelosok..” Hendra melirikku cemas “Lo ga minta dianterin kesana kan??”
Aku tersenyum. “Nanti sore ya, sama Butet, Maria, Greys, Ahsan, Simon”
Hendra membelalak. “Vita, tempatnya jauh bangeeet, makan 2 jam perjalanaaan” teriaknya histeris
Aku tak peduli. Malah ngeloyor pergi. “Bomat Ndra, soal bensin gw yang bayaarr”
***
*Pukul 5 sore*
“Buset, nekat banget sih lu Vit!!” teriak Greys. Lagaknya seperti orang yang sedang diculik.
“Iya ni ah, mana sore sore lagi,” tambah Maria
Butet mengangguk-angguk “Gw lagi asik-asik nonton Naruto padahal. Cih!”
“Padahal lagi asik-asik pacaran sama Neng Maria nih” ujar Simon. Ia melirik genit ke arah Maria. Maria tersipu.
“Aduh gerah ya” seloroh Butet
“Panasss panaasss” seloroh Greys
“Udaaah tenangg… Sopirnya aja kaga nolak, iya ga Ndra?”
Hendra melengos. Akhirnya kami semua berangkat.
“Dimulailah pencarian Putri Ngelindur mencari Pangeran Mbanyol” celetuk Ahsan. Ia terpingkal sendiri.
“Maksud lo???” aku menjitak kepalanya.
Walaupun kondisi kami yang mengenaskan (berhimpitan dalam mobil Kijang sewaan Hendra), tetap saja tak mengurangi rasa kebersamaan kami. Hampir setiap menit kami tertawa bersama. Musik dari radio yang disetel Hendra sampai tak terdengar. Ada saja hal hal lucu yang kami tertawakan. I like it :)
***
@tempat kerja Alvent
Beneran jauh to ternyata. Gila aja, perjalanan mkan waktu sampe 2 jam! padahal 1 kota. Heran aku, kalo gini caranya, jam berapa Alvent berangkat? Apalagi misalnya dia pas kedapetan shift pagi. Ckckckc
Simon terlihat berdialog dengan si empunya toko. Memang dia yang lumayan lancar ‘cas cis cus’ pake bahasa inggris di antaranya cowo cowo lainnya.
“Ya. Betul, Alvent memang kerja disini. Ada apa ya?”
“Emh, begini pak, sudah 3 hari nggak kasih kabar. Hari ini juga dia absen kuliah. Apa dia sempat ngomong sesuatu sama bapak? tentang.. kondisi dia, misalnya..?” ujar Simon panjang lebar
Si pemilik toko itu terlihat berpikir.
“Oh ya! Sepertinya 3 hari yang lalu dia sempat menghubungi saya. Katanya dia mungkin nggak akan bisa masuk kerja dalam jangka waktu yang cukup lama….”
Ucapan pemilik toko barusan membuatku agak shock. Berbagai pikiran negatif berkecamuk dalam otakku. Jangan jangan dia.. Jangan jangan dia..
“Vit, yang sabar. Dia pasti nggak kenapa-kenapa kok. Percaya sama Aku,”
Butet mengelus pundakku
“Makasih tet. Gue cuma agak takut aja kok.”
“Begini saja.. nanti kalau ada kabar apa-apa dari Alvent, saya akan memberi tahu kalian semua.” ujar pemilik toko itu, akhirnya.
Aku memberikan nomor hpku.
Setelah mendapat cukup banyak penjelasan dari pemilik toko tempat kerja Alvent, kami memutuskan untuk pulang.
***
@kost
Butet melihatku dengan tatapan cemas.
“Tenang Vit. kamu bakal secepatnya ketemu sama Alvent. So, jangan mikir yang aneh aneh..”
“Iya, tet, makasih banget ya..”
Butet ikutan tersenyum. “Take care Vit”
Aku tersenyum, lalu masuk ke kamarku.
@kamar
Bohong kalo aku bilang aku nggak khawatir. Bohong kalo aku bilang aku nggak takut.
Greys, dan Maria, Butet juga. Pacar mereka semua sudah pernah mengalami kecelakaan kecelakaan kecil macam ini.
Yang pertama Greys, waktu ultahnya Ahsan sampe pingsan gara gara kehujanan. Beruntungnya dia, menurut aku itu ‘masih sekedar kecelakaan kecil’
Yang kedua Maria, Simon pacarnya sempet ketembak.. Beruntung pelurunya bisa diambil..
Yang terakhir, Butet! Si Hendra kecelakaan sampe koma, lamaaaa bangeeet…
Aku bergidik ngeri membayangkan jikasaja salah satu atau bahkan 3 kejadian di atas ikut menimpa Alvent. Enggak, Vita. Kamu harus positif thinking.
Jangan sampai itu semua terjadi pada Alvent.
Aku nggak ingin dia kenapa-kenapa.. Seandainya luka seujung jaripun.. Vita sayang banget sama dia Tuhan.. Sekarang Vita berdoa untuknya.. Dimanapun dia berada, dalam keadaan apapun dia, tolong selamatkan dia Tuhan. Berkati dia.. Amin.
Air mata mulai menggenangi pelupuk mataku, mengingat semua kemungkinan yang dapat terjadi. Ah, pasti ini dorongan emosional, karena begitu sayangnya aku sama Alvent. Bukan pertanda buruk kan..? Jangan.
Saking capeknya aku berkutat dengan pikiran-pikiranku sendiri, akhirnya aku terlelap,..
Thanks for read, comment, or like. Happy Sunday all. Let’s have a nice week-end :) GBU all :)
No comments:
Post a Comment