Dress-Up Game :3

Thursday, September 16, 2010

Full-Surprise-Life Part 2

“Maaf Kak Vitaaa, Ya ampun, Grace sama sekali nggak ingeeet!!” Grace langsung memeluk Vita. Tangisnya pecah.

“Bukan salah kamu kok Gel sayang” Vita tersenyum lalu membalas pelukan adiknya.


“Makanya, jangan pikirin diri kamu sendiri aja!” Butet masih ngedumel

“Udah lah, Tet, lagian gue ga papa kok.” Vita tersenyum ke arah Butet

Butet terdiam. Dalam hati ia bangga sekali punya kakak yang sangat pengertian, sabar, plus sayang banget sama kedua ade2nya. Makanya ia hanya memperhatikan sambil tersenyum ketika melihat Vita mengelus elus rambut Gel yang lagi nangis banjir di pundaknya.



***

Mama baru bangun. Ia keluar kamar dengan masih memakai piyama, rambutnya pun masih acak-acakan. Beliau kaget, sekaligus senang, melihat putri bungsunya yang kemarin ngambek, dan udah bikin orang rumah khawatir, sekarang sudah berada di rumah, tepatnya lagi ngaso di depan TV.

Merasa diperhatikan seseorang, Grace menoleh dan mendapati mama di ambang pintu. “Eh Mama… udah bangun?” sapa Grace. Ia tersenyum manis sekali. Dan yang bikin mama tambah kaget, putri bungsunya itu langsung, bangkit, dan memeluknya!

“Maaf ya ma.. selama ini Grace egois.. Grace nggak pernah mikirin perasaan papa dan mama, yang capek sekaligus udah Grace bikin pusing karena tingkah Grace yang kekanak-kanakan..” ujar Grace, masih sembari memeluk mama.

Mama masih kaget dengan sikap Grace yang tiba-tiba ini, sejenak kemudian tersenyum.

“Nggak papa kok sayang.. Mama ngerti banget, betapa susahnya pisah sama temen-temen, sahabat sahabat, yang udah temenin kita selama bertahun-tahun. Betapa beratnya ninggalin kota yag udah jadi tempat tinggal, bertahun tahun lamanya, dan menyimpan banyak kenangan buat kamu. Mama tau banget Grace, karena mama juga ngalamin itu waktu seusia kamu.”

Grace mengankat kepalanya tak percaya. “Bener ma??”

“Dulu mama sering pindah pindah rumah, kelewat sering malah. Yaaa, mama nggak setuju, sama seperti kamu.Tapi mama cuma bisa nurut, karena posisi mama sebagai anak, yang harus selalu patuh pada kata-kata & perintah orang tuanya. Lagipula, mama nggak mau, orangtua mama dipecat dari kantor gara-gara masalah sepele, mama nggak mau pindah dari rumah lama.” Mama tersenyum kembali sebelum melanjutkan ceritanya.

“Tapi… setelah mama sering pindah-pindah, mama mulai kebiasa. Apalagi, setelah mama sadari, kalo pindah rumah ternyata membawa banyak manfaat & perubahan. Salah satunya nambah jumlah temen mama. Tadinya mama cuma kenal temen satu geng aja, kalo maen ya sama itu itu terus.. tapi setelah pindah pindah, temen temen mama nambah. Relasi mama juga nambah,. Manfaat dari itu semua kamu tau? Temen temen yang tadinya belum pernah mama temuin, bahkan nggak pernah mama anggep, istilahnya, malah jadi sahabat mama, mereka bantu ngelarin masalah mama sebisa mereka, bantuin apa yang mama perluin.. Pokoknya mama seneng banget lah Greys.” cerita mama panjang lebar.


“Terus??” tanya Grace penasaran

“Sabar atuh..” canda mama “Yah, manfaatnya ada 1 lagi. Karena pindah pindah itulah mama ketemu papa kamu.” Wajah mama merona.
“Karena pindaah pindah itulah kami menjalin hubungan, dan akhirnya menikah, berkeluarga, kebahagiaan kami bertambah setelah punya anak-anak yang berbakti seperti Grace, Vita dan Liliyana.” Mama mengakhiri cerita panjangnya dengan sebuah senyuman. Senyuman termanis yang pernah mama tunjukkan pada Grace.

Grace terharu, kagum, speechless pada mamanya itu. Mama yang baik, penyayang, pengertian, yang senantiasa sabar menghadapi kelakuan kelakuan nakalnya. Mata Grace berkaca-kaca, sebelum akhirnya memeluk mamanya lagi dengan sangat erat. Dalam hatinya ia juga berharap, semoga dengan kepindahannya ini ia dapat mengalami kisah cinta yang indah, seperti kisah cinta antara mama-papanya :)

***

Masalah Grace ngabur akhirnya clear. Sekarang 3 bersaudara cantik (Vita, Liliyana, Greysia) sedang bersiap siap untuk kepindahan mereka.

Pagi ini Vita dan Liliyana mulai mengepak barang. Sementara Grace sedang pamit ke temen-temen kampusnya.

“Kakak beneran nggak papa?” tanya Butet khawatir

“Nggak papa apanya sih Butet sayang?” Vita tersenyum, masih mengepak barang.

“Yah, soal koko Alvent..” ujar Butet.

Vita terdiam.

Merasa ada yang salah dengan ucapannya, Butet berujar canggung, “Eng,,, bukannya aku mau campur ato apa loh, kak.”

Vita menoleh kaget. “Oh,, enggak papa kok tet.. Yah, kalo soal dia sih, mau gimana lagi?” dan Vita tersenyum kembali.

Ia melanjutkan memberesi barang-barang. Walaupun sebenarnya ada yang mengganjal di hatinya akibat pertanyaan Butet itu. Suatu perasaan sedih yang mendalam. Tapi, Vita tak mau membuat adiknya khawatir. Lagipula ini masalahnya, dan ia pula yang harus menyelesaikannya sendiri.

Butet pun melihat, ada yang aneh pada diri kakaknya, setelah percakapan kecil tadi. Ia merasa tak enak.

“Kak, maafin butet ya.. kakak cuma nggak mau kakak sedih..” ujar Butet lirih

“Kakak nggak marah kok, dan kakak juga nggak bakal sedih, ini bukan salah kamu tet. mungkin takdir kakak aja.” Vita berusaha menghilangkan kekhawatiran adiknya.

PRANG..

“Apaan yang pecah kak??” Butet langsung bangkit dari tempat tidur dan melongok ke bawah.

Vita ikutan berjongkok dan melihat benda itu.

Sebuah figura, tepatnya figura berisi fotonya, dan Alvent.

Kemudian Vita memunguti pecahan kaca figura itu, diam tanpa suara.

“Kakak…” Butet berujar sedih..

Saat Butet menoleh, didapatinya Vita telah menangis sambil terduduk di lantai..

Butet langsung memeluk kakaknya itu..“Jangan nangis kak Vita….” ujar Butet, padahal ia sendiri ikutan menangis.

“Aku nggak sanggup, harus jauh sama dia. Aku nggak bisa Tet. Nggak bisa Long Distance Relationship..” ujar Vita di sela sela tangisnya. “Banyak contoh hubungan gagal, karena harus LDR.. Aku takut nggak kuat Long Distance Relationship..”

Butet hanya diam sambil mengelus elus punggung kakaknya. Ia nggak tahu mau ngomong apa karena dirinya sendiri sama sekali tidak berpengalaman dalam ‘dunia percintaan’ tentu saja nggak bisa ngasih solusi juga untuk masalah itu.

“Kakak udah ngasi tau koko?” tanya Butet akhirnya karena nggak tau mau ngomong apa lagi.

“Udah kok kemarin.” Vita menghapus air matanya “Aduh maaf ya Tet. Kenapa gw jadi curcol yah?? hehehehe”

Butet mengerutkan alisnya. Heran sama kakak gw yang satu ini, tadi nangis gerong gerong, eeeeh sekarang ketawa ngakak ga jelas gini! batinnya

“Nggak papa kali Kak Vita. Sekali sekali curcol. ngehehehe” sahut Butet

“Makasih buat carenya sayang… nanti udah gue putusin gue mau bilang ke Alvent.”

“Hah?? Serius?? jangan maksain diri loh kak..”

“Nggak. Aku udah yakin. Yakin sama diri aku sendiri, yakin sama Alvent. kalo kita bakalan bisa ngadepin ini semua.” ujar Vita mantap.

Butet tersenyum “Bagus deh, jangan sedih lagi ya.”

“Enggak dear..” Vita menepuk pundak Butet.

***

Sementara, Greys @kampus..

Dosen langsung ngasih tau ke anak-anak kalo Grace bakal pindah lumayan jauh. Dosen itu kemudian mempersilahkan pada Grace untuk memberikan salam perpisahan.


“Ehm..ehem! Grace berdehem kecil

”Sebelumnya Grace minta maaf karena kepindahan ini mendadak, karena Grace juga baru dikasi tau sama ortu 2 hari yang lalu. Maafin kesalahan Grace selama Grace jadi temen kalian ya? Baik yang Grace sengaja atau enggak.. Makasih ya temen temen selama ini udah mau jadi temen Grace, sahabat Grace, nemenin Grace waktu seneng dan sedih.. Buat Tasha, Inge, Aya, makasih buat semuanyaaa, kalian bestieku! Buat dosen dosen maaf Grace sering ngelamun, Pak Bon maaf Grace sering buang sampah sembarangan.…Buat Bu Kantin maaf Grace masih sering ngutang, tapi nanti Grace bayar kok hehehe. Intinya aku seneng banget bisa kuliah disini, dan ketemu sama kalian..” Grace menutup pidato (?) panjangnya dengan sebuah senyuman.

Suasana begitu hening. Semua mata tertuju pada Grace. Dan, sedetik kemudian, anak-anak telah bangkit, mengerumuni Grace. Ada yang memeluk, memegang pundak Grace, bahkan menangis histeris sambil berjongkok.

“Graceeeee jangaaaaan pergiiiiiii pleaseeee….” teriak Tasha, salah satu sahabat Grace sambil menangis tersedu dan memeluk Grace.
“Genduuuuuuuuuuut, jangan tinggalin kita… gue bakal kangen sama lo………huaaaaaaa” kali ini Inge

“Graceeee jangan lupain gue yaaa! Kapan lagi kita bisa makan somay bareng? hueeeeee Grace Gepooo Gel….. I’ll miss you……………..” timpal Aya

“Grace, jangan lupain gue ya. Baek baek lo disana.” ujar Reno, teman nongkrong Grace, sekaligus teman cowok yang paling dekat dengannya.

“Pasti sob..” Grace menepuk pundak Reno.

Sore itu, hampir semua teman Greysia menangisi kepindahannya. Bahkan cewek comel sekampus, Clara, yang sebelnyaaa setengah matiii sama Grace ikutan menyalami dia, minta maaf, bahkan nangis ga kalah histeris. Katanya, sih, si Clara takut kehilangan saingan… Buset dah! ckckckck.

Grace tak luput menangis haru. Hari itu pertama kalinya ia merasa begitu beruntung, sekaligus bersyukur, memiliki sahabat-sahabat dan teman yang care banget :)

Rasanya sangaaat berat meninggalkan mereka, yang sudah Grace anggap saudara sendiri.. Tapi keputusan terlanjur dibuat.. Maka yang bisa Grace lakukan hanyalah menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama teman-temannya ini sebelum benar-benar harus BERPISAH.
Grace juga sudah janji pada mereka, walaupun jauh, harus tetep kontak-kontakan, hubungan persahabatan jangan sampe renggang, hanya karena dipisahkan oleh jarak =)


***

Alvent dan Vita.. Akhirnya Vita telah memutuskan untuk ngomong jujur ke Alvent (tapi bukan nembak, karena mereka udah pacaran) soal kepindahannya.

Mereka ketemuan di Café De Au Lait, tempat kenangan mereka.



“Sorry ya gue telat” Alvent nyengir saat melihat Vita telah menunggu di sebuah meja.

“Haha gapapa kok, ngerti gue mah, dasar jam karet” canda Vita sambil meleletkan lidah

“Ish!” Alvent langsung menjitak pelan kepala Vita.

“Hehehe” Vita tertawa kecil

“Ada apa Vit? Tumben lo ngajak gue kesini..”

Vita yang kaget tiba-tiba ditanya begitu langsung njawab ngawur plus seadanya.. “Engh.. kangen aja! hehe”

Alvent mengerutkan kening.“Me too lah kalo urusan kangen.” Alvent pun duduk di samping Vita.

Vita terdiam. Hatinya beneran bimbang. Antara mau ngomong apa enggak. Akhirnya, dengan agak takut Vita berkata..
“Eh, aduh gimana ya ngomongnya.. sebenernya maksud gue ngajak lo kesini ga cuman itu..”

“Oh mau ngomong. Emh.. sebenernya aku juga sih..”

Vita agak kaget. Jangan jangan Alvent mau minta putus, batin Vita.

“Vit??” Alvent menggerak gerakkan tangannya di depan wajah Vita

“Oh.. iya?” Vita tersadar dari lamunan dan macam macam negative thinkingnya.

“Kamu.. or aku duluan yang mau ngomong?” tanya Alvent

“Kamu aja deh..” sahut Vita

“Sebenernya…. aku.. mau pindah Vit..” ujar Alvent lesu

What?? Apa dia bilang tadi?? batin Vita

“Aku mau pindah.” ulang Alvent

“Lah ilah… Alvent.. aku juga mau ngomong itu, aku juga harus pindah dari kota ini..” ujar Vita agak shock, karena kalimat yang hendak diucapkannya sama dengan Alvent.

“Berarti.. kita sama sama mau ninggalin kota ini?” tanya Alvent

Vita mengangguk, lalu menyesap cappucinonya.

Mereka larut dalam diam yang cukup panjang. Masing masing merasa keki, dan takut untuk sekedar memulai pembicaraan.

“Vit, walaupun kita pisah, aku nggak ingin kita mengakhiri hubungan ini.” ujar Alvent tiba tiba, lalu ia menggenggam tangan Vita kuat-kuat.

“Aku nggak pernah ada niat untuk itu, Vent.” sahut Vita sambil tersenyum.

“Jadi… kita tetep pacaran kan?”

“Iyalah….” Vita mengangguk.

“Horeee!” reflek Alvent memeluk Vita. Kontan saja wajah gadis itu memerah.

“Inget Vit, aku nggak mau kita lost-contact. Walaupun jauh, kita masih bisa email-emailan sama surat. Kamu sanggup kan?” tanya Alvent

“Sanggup dong. Tiap minggu pasti seenggaknya aku kirimin kamu 1 surat dan email” ujar Vita

“Aku juga. Nggak akan pernah lupa untuk kasih kabar ke kamu.” Alvent tersenyum pada Vita. Senyuman termanis yang dimilikinya.

Vita tersendat. Haruskah aku berpisah dengan orang ini? Orang yang begitu menyayangiku dan telah membahagiakanku? Batinnya.

Perlahan air mata jatuh membasahi pipi Vita.


“Jangan nangis Vit. Please. aku pengen kamu seneng di hari terakhir kita..” Alvent memeluk Vita lagi.. kali ini juga mengelus rambut cepaknya.

Bukannya berhenti, tangis Vita malah makin deras saja. Ia semakin tak ingin melepas pelukan hangat lelaki terkasihnya ini..

No comments:

Post a Comment