- Epilogue -
Di suatu kota, tinggalah 3 bersaudara cantik yang berbeda karakter =)
Putri sulung namanya Vita Marissa, gadis ini baik, cukup workaholic, dan sangaaaaaat penyabar, figur yang baik buat ade adenya :)
Putri kedua yaitu Liliyana Natsir. Untuk ukuran seorang cewek ia terbilang tomboy. Lihat saja dandanannya, kaos gombreng, celana pendek, dan rambut cepak. Sangat cuek. Tapi ternyata di balik sifatnya yang cuek, Liliyana adalah gadis yang pemalu. Ia agak susah bersosialisasi dengan orang baru, terutama makhluk bernama COWOK.
Putri terakhir yaitu Greysia Polii. Gadis berpipi gembil ini bisa dibilang mandiri. Di usia belia, ia sudah bisa cari pekerjaan sendiri. Namun kadang kadang masih suka bersikap manja dan merepotkan kakak kakaknya, maklum, Grace kan anak bungsu :-). Ia juga tipe gadis yang cuek, mirip kk keduanya, Butet (panggilan kesayangan untuk Liliyana) tapi Grace masih mending. Yaah, masih dandan gitu lah.. Kalo Butet?? Jangan ditanya.. Alat make-up aja doi ga tau..
Yuk sekarang kita masuk ke dunia mereka! Dunia tentang keluarga, cinta, dan persahabatan.. Dunia yang penuh tawa, kebahagiaan, rahasia, duka tangis, serta intrik dan konflik.. So, Happy reading this, enjoy! ^^
***
30 September 2010
“Grace pulaaang.” Grace melepas sepatu ketsnya lalu masuk ke dalam rumah.
Terdengar suara ribut-ribut di ruang keluarga. Karena penasaran, Grace pun melongok ke ruangan itu. terlihat mama dan papa sedang bertengkar. Sepertinya mereka berdebat akan sesuatu. Grace pun menguping pembicaraan kedua ortunya dengan hati-hati..
“Masa’ harus gini sih pa? Mama udah kerasan disini!” teriak Mama
“Tapi ini tugas dari kantor, Ma! Papa nggak bisa membantah!” balas papa
“Papa nggak kasihan sama Liliyana, Vita dan Greysia??”
“Maaf Ma. Papa sebenernya juga nggak pengin seperti ini. Tapi ini tugas, kita harus pindah.” sahut Papa lesu.
Grace kaget sekali mendengar pernyataan papanya barusan, reflek ia berteriak, “PINDAH RUMAH???? ENGGAK MAUUUU!”
Sontak mama dan papa menoleh ke sumber suara.
“G..Grace, sejak kapan kamu disitu sayang??” tanya mama gugup
Grace tak menjawab pertanyaan mama, dan malah ngeloyor pergi. Ia langsung mengambil kunci swiftnya, menyalakan mobil itu dan mengendarainya pergi.
***
@rumah
Mama tertunduk sedih sambil menggeleng gelengkan kepalanya.
“Ini semua gara gara papa, grace jadi ngabur lagi, kan?” omel mama
Papa tak menjawab. Ia terus mengisap rokoknya. Alisnya berkerut kerut tanda ia sedang berpikir keras, atau malah kebanyakan pikiran.
“Liliyana pulang..” teriakan Butet memecah keheningan
Sampai di ruang keluarga, ia bengong melihat mama-papanya diam-diaman. Tak ada satupun yang berbicara atau sekedar membalas salamnya.
“Papa mama kenapa??” tanya Butet
…Masih hening…..
“Grace juga kemana??” tanya Butet lagi
….Masih Hening…..
Butet menggaruk kepalanya dengan gusar “Ih rese gue tanya nggak ada yang nyaut. Ini lagi, si bawel Grace ngibrit gatau kemana!” batinnya
“Vita pulaaaaaang…”
Daaaaan… datanglah Vita….
“Penyelamatku dari kegaringan ini!” Batin Butet. Ia menoleh ke arah Vita sambil tersenyum.
Vita mengerutkan alisnya, heran. “Ini ada apaan sih? kok hening gini? Grace mana? Jam segini belum pulang?” cerocos Vita tanpa henti
Mama menarik napas, “Grace kabur.” ujarnya lirih
“Hah?? Ya Ampun itu bocah satu…” gerutu Vita
“Grace kabur pasti ada alasan. Sebenernya ada masalah apa ma, pa?” tanya Butet tajam (tapi nggak setajam silet) dan penuh selidik. Ia memicingkan mata.
“Maaf ya anak anak. Tapi kayaknya kita bakal pindah rumah” Papa akhirnya ikutan buka suara, menjelaskan dengan singkat dan to-the-point
Butet dan Vita terbelalak kaget.
“PINDAH RUMAH??” tanya mereka berdua, hampir berbarengan.
Papa dan mama mengangguk.
Butet menghempaskan tubuhnya di sofa, Vita juga ikut ikutan.
“Ya Ampun papa, Yana udah kerasa disini.” Butet menghela napas panjang dengan lesu. “Dan lagi…” Butet melirik ke arah Vita yang tampak lesu seperti dirinya.
Vita menoleh ke arah Butet, dan memberi isyarat agar ia diam. Butet hanya mengangguk, lalu ia menunduk.
“Dan lagi apa, sayang?” tanya mama
“Pokoknya aku nggak setuju kita pindah! Siapa yang setuju sama pendapatku!” teriak Butet “Kak Vita??” tanya Butet pada Vita
Vita terdiam lalu tersenyum ragu, “Kita harus ngikut orangtua, Tet..”
“Tapi kak…” protes Butet
“Tuh kan, Vita aja setuju, maaf ya anak-anak.. kesannya papa mengorbankan kalian demi pekerjaan papa.. tapi mau bagaimana lagi? Kalo nggak nurut papa bisa dipecat. Kalian nggak mau itu terjadi, kan?”
Pertanyaan papa membuat semua yang berada di ruangan itu terdiam.
“Yasudah, kalo itu memang sudah keputusan papa.. Butet nggak bisa nolak, apalagi kak Vita udah setuju..” ujar Liliyana akhirnya.
“Mama gimana?” tanya papa pada mama
“Ya ngikut aja deh pa. Anak anak juga kan udah setuju,” Mama tersenyum.
Papa ikutan tersenyum.. tapi sejenak kemudian wajahnya berubah menjadi lesu sekaligus khawatir.. “Kita tinggal minta pendapat Greysia.. Tapi dimana dia sekarang??”
Mama terlihat pucat. Ia tetap merasa khawatir, walaupun bukan sekali ini saja Greysia ngabur dari rumah. Melihat itu, Vita langsung mendekati mamanya.
“Mama sama Papa istirahat aja, pasti capek kan seharian kerja? Biar Vita sama Butet yang begadang, nunggu Grace pulang.” ujar Vita kepada Mama sambil tersenyum.
Mama menoleh ke Butet, dan tampak Butet juga ikutan tersenyum.
“Makasih ya sayang buat pengertiannya.. Kalo gitu mama sama papa istirahat dulu ya.. Kalian beneran nggak papa?” tanya Mama
Vita dan Butet mengangguk mantap.
Mama tersenyum manis kepada kedua putrinya. Lalu masuk ke kamar bersama Papa.
“Gel kemana lagi sih? Dia nggak kesian apa sama mama!” omel Vita lalu meneguk pulpy orange-nya.
“Sabar atuh kak. Udah biasa pan kalo dia.” sahut Butet sambil mengganti ganti channel TV
“Tapi ini udah keterlaluan tet. Jam berapa nih. Hampir tengah malem!” protes Vita.
Butet terdiam. Ia tak berani mengomentari kata kata kakaknya lagi.
*Pukul 3 Subuh*
Butet dan Vita sudah tertidur saking lelahnya. Tiba-tiba…
Cklek. Kriet…
Pintu terbuka. dan datanglah yang sudah ditunggu tunggu dari tadi.. GREYSIA!
Ia berjingkat masuk ketika melihat kedua kakaknya sedang tertidur di depan televisi.
Hampir sampaiiii… batin Greysia. Ia tinggal 5 meter lagi menuju kamarnya ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya..
“AAAAAAAAA!!! AAAAAAPHHH” Greysia berteriak namun mulutnya dibekap.
“Ishhh Gel! Pake teriak segala! Ini Butet!” ujar Butet lalu melepaskan tangannya dari mulut Grace.
Grace menoleh. “Owh Cici toh. Maap deh. Grace kirain cowok. Habis tangannya gede.” ujar gadis berpipi chubby itu sambil nyengir kuda
Butet reflek menjitak kepala adik bungsunya itu.
Vita terbangun mendengar percakapan kecil di depan kamar Grace tadi.
“Grace? Lo udah pulang? Kenapa ga sekalian aja nginep di mobil sayang??”
Waduh, siap siap, kalo Kak Vita udah marah, berarti emang udah keterlaluan >< , batin Butet lalu menutup kedua telinganya.
Grace menunduk. “Maaf kak..” ujarnya lirih
Vita mendekati Greys. “Sebenernya kamu kenapa? Cerita sekarang.” tanya Vita penuh selidik.
Grace mati kutu. Ia tak berani menatap mata Vita. “Aku sedih kita mau pindah rumah kak. Aku sebel sama mama sama papa!”
Vita menyimak perkataan Grace dengan seksama sementara Butet hanya terdiam sambil memperhatikan Grace.
“Sebelnya kenapa?” tanya Vita lagi.
“Temen temen Grace disini udah banyak! Mereka sayang sama Grace, begitu juga Grace!”
“Kakak ngerti banget perasaan kamu.Tapi ini keputusan papa Grace. Kita nggak bisa melawan. Kamu juga nggak mau papa dipecat kan?” ujar Vita sabar
Grace malah merengut. Wajahnya berubah mendung. “Kakak sama aja kayak mama papa! Kakak nggak bisa ngertiin Greys! Papa mama egois! Jahat! Aku benci kalian!” teriak Greys kesal.
Tiba-tiba Butet melangkah cepat ke depan Greys, lalu menamparnya.
“Kamu yang egois Grace!!” teriak Butet
Grace menunduk. Ia memegangi pipinya yang memerah akibat tamparan Butet yang cukup keras. Bulir bulir air mata mulai membasahi kedua pipinya
“Apa kamu nggak inget kerja keras papa dan mama untuk menghidupi kita?? Apa kamu nggak tau seberapa capeknya mereka?? Apa kamu nggak tau, betapa mereka menghawatirkan kamu, dengan semua kelakuan childishmu itu?? Apa kamu pikir aku nggak sedih, harus pergi ninggalin kota penuh kenangan ini?? Apa kamu pikir kak Vita enggak sedih?? Bukan cuma kamu yang sedih, tapi semuanya!!Inget itu, Gel!!” cerocos Butet penuh amarah.
“Dan.. apa kamu tau? Kak Vita harus berpisah sama pacarnya, Ko Alvent!! Mereka harus Long Distance Relationship, Gel! Mungkin bertahun tahun mereka nggak akan ketemu.. Bisa kamu bayangin itu?? Tolong jangan egois!” omel Butet lagi, saking kesalnya ia sampai meneteskan air mata..
Greysia tersentak, lalu menoleh kepada Vita yang telah menangis tanpa suara..
yg disini cuman part 1 aja ya ka??
ReplyDeleteaduh maaaf banget baru bales komentarmu T_T udah ada lanjutannya kok hehehehe^^
ReplyDelete