Dress-Up Game :3

Sunday, September 5, 2010

My Love Your Love Part 35

----Pukul 12 malam.


Aku terbangun karena mendengar suara ribut-ribut di luar.

Siapa sih? Brisik banget.. Ah ganggu tidur gw aja!


Tiba-tiba jadi deg-degan sendiri. S*it!


Dilema nih.

Mau tidur lagi, kaga bakal bisa. Mau nengok keluar, takut. Bukan takut hantu looh ya. Takut kalo rampok! Pan biasanya bawa senjata noh. Hiiii


Akhirnya setelah terjadi perdebatan hati yang cukup panjang, dengan berat hati aku memutuskan untuk keluar.


Mampus, lampunya mati, lagi! Aku melangkah,, terus melangkah.. daaaaan…


“Happy New Yeaaaar!”


Hah? Happy New Year???? Bukannya udah lewat 3 hari yang lalu ya??


Tiba-tiba lampu menyala. Di depanku sudah ada kedua orangtua Hendra. Mereka tertawa geli melihat aku yang kebingungan.


“Ehem..” terdengar suara berdehem di belakangku.

Aku menoleh. ternyata Hendra. ia tertawa kecil melihatku.


“Ini sebenernya ada apa sih??” tanyaku sedikit gusar


“Tet..” Hendra menggenggam kedua tanganku


“I..iya? Apa sih ko jadi serius gini?”


“Kamu mau kan tunangan sama aku?”


Aku baru nyadar Hendra serius. Gw kirain dia becanda.


“Iya.” jawabku singkat. Habis aku malu sih. Speechless. Nggak tau mau ngomong apa.


Hendra memelukku sangat erat. Ia memasang sebuah cincin di jari manisku.


Duh, terharu deh.

“Ini monel. Yang permata besok pas acara formalnya ya.” ujarnya sambil masih memelukku.


“Iya.” aku menghapus air mataku dan tersenyum. 3 tahun sudah kami berpacaran tak terasa sebentar lagi kami akan terikat dalam hubungan pertunangan. Ya, engaged :)


Prok prk prok prok. Kami sontak melepas pelukan masing masing dan menoleh ke sumber suara.


Papa Hendra tersenyum melihat kami. “Serasa kembali ke masa muda ya, ma.” ujarnya. Mama Hendra tidak menjawab. Ia masih tersenyum kepada kami sambil menyeka air matanya yang membanjir.
Kok pemandangannya kayak habis pada nonton mellow drama sih! Hiks, jadi tengsin sendiri..


***

“Tante Butet itu cincin dari siapa?” tanya Devina spontan saat kami sedang membereskan kumpulan mainannya


“Emh.. ini..” Aduh, mau njelasin apa ya ke Devina. bingung sendiri.


“Itu dari om Hendra, vin.” sahut Hendra yang tiba-tiba sudah berada di belakang kami.


“Iya..” tambahku


“Devina juga mau dong om, tante! Minta yang itu ya!” Devina hendak merebut cincin yang terpasang di tangan kiriku, namun Hendra mencegahnya.


“Jangan. Yang itu jelek, nanti oom beliin deh, yang berlian.” ujar Hendra


“Lah kenapa ga boleh yang itu om?” tanya Devina penasaran.


“Soalnya kalo yang ini diambil nanti Tante Butet nggak bisa jadi Tante kamu.” jawab Hendra sekenanya sambil mengerling genit ke arahku.


Aku melotot sambil mencubit pelan lengannya
“Ngawur aja. Ngomong sembarangan ke anak kecil”



“Ishh biarin napa?” ia tertawa kecil


“Oh, gitu ya om. Nggak jadi deh kalo gitu. Soalnya Devina mau tante Butet jadi tante Devina.” jelas bocah imut itu, polos. Ia tersenyum lalu melirik ke arahku.


Wah wah.. bikin gemes aja nih bocah satu. Aku memeluknya dan mengusap usap kepalanya. Seperti ade perempuan sendiri, deh.


“Mau juga dong” Hendra bergaya sok imut


“Ogaaaaah, dipeluk sapi aja kalo elu mah” candaku sambil tertawa kecil


***

@pesawat


Akhirnya.. hari ini pulang ke Inggris.... dan harus meninggalkan Pemalang…

Seneng tapi juga sedih,

Seneng karena bakal kembali berjumpa dengan bestie bestie-ku,
Sedihnya aku musti berpisah dari keluarga Hendra yang hangat dan bersahabat. Ya mbak Ivon, Mama Papa Hendra, bahkan si mbok genit yang kemarin nangisin aku waktu mau pulang.

Tapi yang bakal paliiiiiiiing ngangenin aku adalah Devina. Dia bocah terbaik, terimut, dan terlucu yang pernah aku temuin. Aneh, biasanya aku paling nggak suka ada anak kecil. Sebel, habis biasanya mereka suka caper, cerewet, apalagi kalo udah rewel, duh, berisiknya minta ampun!

Tapi Devina beda, dia anaknya to the point, polos pula. Dia langsung mengekspresikan perasaannya tanpa malu-malu. Aku sayang dia udah kayak anak aku sendiri, eh, maksudku adek.
“Tet, kamu nggak papa kan?”


“Nggak papa ko” aku menggeleng lemah


“Oya, nih ada titipan dari devina. Sebenernya titipan semalem sih, takutnya hari ini dia nggak bisa bangun pagi dan nyerahin ini. Makanya dia titip ke aku semalem. Maaf baru kusampein sekarang” jelas Hendra panjang lebar.


Setelah mengaduk aduk tasnya, ia menyerahkan sebuah kotak kecil bergambar kuda.


“Devina pinter ya” ujarnya


“Maksud kamu?”


“Liat aja tuh bungkusnya. Mirip banget sama kamu.”


Aku langsung menjitak kepalanya.


“Duh.. sakit neng!” Hendra mengusap kepalanya

“Rasain! Nakal sih” sahutku


Aku pun membuka kotak pemberian Devina itu. Isinya boneka rajut berambut cepak biru yang mirip sekali denganku. Di bawahnya ada selembar kertas, tepatnya, surat.

Kubuka surat itu dan mulai membaca tulisan besar kecil warna warni khas Devina…



“Tante Butet.. maaf ya, mungkin pagi ini Devina nggak bisa nganterin tante sama oom Hendra pulang. Devina susah bangun pagi, sih. Ini Devina kasih kenang kenangan buat tante. Mami Ivon yang jahitin. Semoga tante nggak lupa ya sama Devina. Sering sering main, tante Butet. ”


“PS : Kemarin malem tante Butet nangis ya? Oma sama opa juga. Devina ngintip loh hehehe. Om Hendra nakal ya? Dijitak aja tante”


Salam sayang, Devina.



Aku tertawa sendiri saat membaca kalimat terakhir. Pasti Devina melihat event ‘pasang cincin’ tengah malam waktu itu.


Devina, Devina. Tante Butet mah udah pasti kangen sama kamu.


“Apaan sih, pake acara ketawa segala? bikin penasaran, sini aku liat suratnya” Hendra hendak merebut surat itu dari tanganku,


“Weitsss kaga boleh. Rahasia nih hahaha” elakku


***

Hore… akhirnya sampe juga di Inggris! Udah kangen bangeti nih sama Maria, Vita, dan Greys! Uuuu pengen cepet ketemu!


@kost




Maria, Vita dan Greys yang sedang duduk duduk di teras melihatku dan,,


“Buteeeeeeeet!!!!!!” mereka berteriak hampir berbarengan.


“Kangeeeen!” Vita langsung memelukku


“Iya, aku juga kangen Tet!!” Greys ikutan


“Apalagi aku!!” Maria juga


Kami pun berpelukan (bukan telletubies ya)


“Wah, wah.. kayaknya ada yang udah nyusul Maria, nih” celetuk Vita saat melihat cincin monel yang terpasang di jari manis kiriku


“Belum kok, masih lama. Tunggu tanggal mainnya, tunggu undangannya.” balasku sambil tertawa kecil.


“Kok gitu?? gw kirain udah ceremony-an sekalian disana..” sahut Maria


“Belum laaah, gw maunya ada kalian kalian..” aku tersenyum kepada mereka bertiga, sambil mengedipkan mata


“Aaaa so sweeet! Kita pasti dateng kok!” Vita merangkulku


“Iya dong! Nggak boleh melewatkan yang satu itu!” tambah Maria


Greys mengangguk mantap. “Eh, tapi gw kapan dong???”
“Belum cukup umur!!!” teriakku, Maria, dan Vita

Greys memanyunkan bibirnya. Sejenak kemudian, kami sudah larut dalam suasana tawa.


Memang paling menyenangkan saat kita tertawa bersama orang yang kita sayang, betul tidak? :)


Thanks for read, comment, and like, happy saturday all, GBU :)

No comments:

Post a Comment