Halo :D
malam ini nggak ada kerjaan aku -.-
makanya gawe gawe kerjaan, dengan menulis postingan tidak penting ini ^^v
Kan ini udah mau lebaran to, nah aku kok ngerasanya puasa taun ini itu cepat sekali yaaa -_- bener bener nggak kerasa kayak puasa, padahal aku ya puasa *nahlo* ya pokoknya gitu lah, mmm.. pokoknta kerasa nggak ada semangat kayak taun taun sebelumnya gitu. kurang semarak juga *entah cuma pendapatku atau pembaca blog ini juga sependapat dengan saya*
Terus tooo aku mau cerita kayaknya aku ketagihan ngepump deh :D
lha akhir akhir ini tiap muter lagu Shock-nya Beast, Hot Issue - 4 minute, apalagi Ring Ding Dong-nya SHINee tu kakiku gerak gerak cobak -_-
ini sih katanya gejala gejala ketagihan pump. aku juga nek ke mall sekarang pengennya mampir ngepump terus, nggak pandang bulu sapa yang tak ajak, temenku, mamaku (?), papaku (??), bahkan adekku yang baru masuk SD juga tak ajakin maen pump (???). Heh ini serius lho!! *gasantai.
Hmmmm sakjane ini nggak masalah sih, malah baik untuk melatih konsentrasi, belajar ngedance dengan panah panah (??) ;)
tapiiiiii yang jadi masalah itu adalah Budgetnya! wkwkw you know la, my dompet kadang kosong kadang isi .___. bzzz
oya, aku juga ngerasa aku tambah kurus, celana banyak yang longgar.... *sedih* :(
udah dulu ah, pegel ngetik, mau bobok, mau mimpiin nae yeobo, Taemin wkwkw xD. makasih udah mau baca postingan nyampah ini. Annyeong~ *poppo all the readers*
NB : Kenapa sedih? aku bukan seperti kebanyakan cewek yang pengen kurus karena kalo aku kurus, mau setipis apa lagi badan sayaaaa wT__Tw
Dress-Up Game :3
Friday, August 26, 2011
Saturday, August 20, 2011
The Beginning
Nathan dan Naomi? Kisah mereka masih ada kelanjutannya…..
Naomi berangkat dengan lesu, melewati parkiran motor sambil berjalan menyeret sepatu. Menyebalkan, hari ini aku benar benar ingin membolos, entah kenapa nggak mood melakukan apapun, keluhnya dalam hati sambil sesekali menggerutu. Seandainya ia tidak takut ketinggalan pelajaran kelas 8 yang sedang padat-padatnya, ia sudah pasti memilih tinggal di rumah, membaca komik ditemani setoples keripik kentang kesukaannya. Tiba-tiba saja, sebuah panggilan membuyarkan lamunan Naomi,
“Naomi!”
Seketika Naomi menoleh dan mendapati Nathan melambaikan tangan ke arahnya. Wajah Naomi otomatis memerah, ingin sekali cepat berlalu dari tempat itu. Naomi pun hanya membalas sapaan Nathan dengan lambaian tangan juga, dan sedikit.. senyum. Bukan senyuman manis, mm.. mungkin lebih tepat disebut ‘senyum malu-malu’.
***
Seketika mood Naomi berubah drastis gara gara kejadian pagi itu. Ia memasuki kelas dengan wajah berseri-seri, entah terbang kemana badmood yang tadi sempat melandanya. Perilaku Naomi yang tidak seperti biasanya itu membuat sahabatnya, Tika, penasaran.
“Ada apa nih dari pagi senyum senyum muluuu” goda Tika sambil menyikut Naomi. Yang disikut cuman diem aja, malah tambah senyum senyum.
“Mii, cerita kek, ish yaudah lah Naomi sekarang mah gitu ya..” Tika yang dongkol belagak ngambek.
“Nggak ada apa-apa koook.” Naomi masih senyum senyum penuh rahasia. Kemudian ia melirik Tika, yang sepertinya agak kecewa sahabatnya itu nggak mau curhat ke dia. Naomi menghela nafas.
“Maaf, Tik, belajar dari pengalaman.. Aku takut nanti malah berabe kalo aku curhat. Curhat itu.. bisa berbuntut panjang. dan aku nggak mau yang dulu dulu itu keulang. Biar aku sendiri aja yang tau, paling enggak untuk saat ini..”
***
Bel berbunyi, istirahat siang. Anak anak ribut berhamburan dari kelas masing masing. Ada yang sekedar nongkrong, duduk duduk di bangku sambil ngobrol, atau cus ke kantin. Naomi pun memilih pergi ke kantin bersama Kira dan Tika, mengisi perut yang keroncongan sejak pelajaran Pak Muhammad tadi.
@kantin…
“Eh, btw, kemarin kalian jadi ke benteng, yang festival festival celengan itu?” tanya Tika dengan mulut penuh batagor.
“Jadi, trus ada Nathan juga. Sayangnya festival celengannya tuh ternyata baru dibuka abis maghrib. Kagol kan?? Nah daripada nggak kagol terus kita bertiga jalan aja gitu. Eeee tapi aku malah jadi obat nyamuk.” Jawab Kira cuek tanpa mengalihkan pandangan dari hp-nya, setelah itu melirik Naomi dan terkikik.
“Apa apaan tuh maksudnya?? Obat nyamuk??” Naomi mulai nggak nyantai ngomongnya.
“Yaa gitu kan ya, Mi. Diih sok sok gak ngedong deh. Ya kan sambil jalan itu akunya ditinggal mulu’ sama kalian. Waktu beli sate, waktu ke mall itu jugaaa. huuuu” semprot Kira dengan wajah-tanpa-dosa tanpa mempedulikan Naomi yang geregetan menahan malu.
“Apaaan siiih jangan bikin gosip aneh aneh deh!” Naomi menyela ucapan Kira dengan wajah merah padam. “Aku sama Nathan tuh!…”
Tika dan Kira serempak melirik Naomi sembil senyum senyum nggak jelas. Wajah Naomi makin merah. Makanya, Naomi cuma pasrah ketika sahabat sahabatnya itu mulai menginterogasi dirinya, dan ketika perasaannya pada Nathan terbongkar. Mau bagaimana lagi? Naomi mengeluh, menyesali sikap & reaksinya yang terlalu mudah ditebak, dan mengapa ia tidak bisa ber-‘pokerface’. Hahaha.
***
Tak terasa sebentar lagi ujian tengah semester. Naomi lumayan gelagapan karena selama ini ia memang jarang belajar, atau sekedar membuka buku, mengulang pelajaran yang telah diajarkan. Hari pertama ujian, Naomi dibuat ngefly lagi hanya gara gara sikap sepele Nathan..
“Naomi..” Nathan menyapa Naomi sambil tersenyum.
Naomi membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman, seperti biasa. Hmm, susah buat seorang Naomi walaupun sekedar mengucapkan kata kata, sapaan atau salam, jika orang itu Nathan.
Naomi pun mengambil materi ujian hari ini, lalu nimbrung di tempat Nathan, Fitri, Muhammad, dan Fia, sekedar ngobrol sambil membahas soal soal yang kira kira nanti akan keluar.
Tak terasa, bel masuk pun berbunyi, semua peserta ujian segera duduk di kursinya masing masing. Lalu guru pengawas pun masuk. Sebelum Naomi mencapai kursinya, tiba-tiba..
“Naomi, bajumu baru ya?” tanya Nathan.
Naomi menoleh, agak kaget. “Udah lama kok..” jawabnya lirih. Nathan hanya tertawa.
Di kursinya, Naomi hampir melonjak saking senangnya. Baju kotak kotak biru itu memang baru kali ini dipakainya ke sekolah, kelas 8 ini. Dan…. Nathan menyadarinya! Padahal teman-teman Naomi tak ada satupun yang sadar. Entah Nathan cuma sekedar bertanya atau memang cowok itu memperhatikannya… Ah, Naomi ngefly lagi deh gara-gara Nathan.
Naomi berangkat dengan lesu, melewati parkiran motor sambil berjalan menyeret sepatu. Menyebalkan, hari ini aku benar benar ingin membolos, entah kenapa nggak mood melakukan apapun, keluhnya dalam hati sambil sesekali menggerutu. Seandainya ia tidak takut ketinggalan pelajaran kelas 8 yang sedang padat-padatnya, ia sudah pasti memilih tinggal di rumah, membaca komik ditemani setoples keripik kentang kesukaannya. Tiba-tiba saja, sebuah panggilan membuyarkan lamunan Naomi,
“Naomi!”
Seketika Naomi menoleh dan mendapati Nathan melambaikan tangan ke arahnya. Wajah Naomi otomatis memerah, ingin sekali cepat berlalu dari tempat itu. Naomi pun hanya membalas sapaan Nathan dengan lambaian tangan juga, dan sedikit.. senyum. Bukan senyuman manis, mm.. mungkin lebih tepat disebut ‘senyum malu-malu’.
***
Seketika mood Naomi berubah drastis gara gara kejadian pagi itu. Ia memasuki kelas dengan wajah berseri-seri, entah terbang kemana badmood yang tadi sempat melandanya. Perilaku Naomi yang tidak seperti biasanya itu membuat sahabatnya, Tika, penasaran.
“Ada apa nih dari pagi senyum senyum muluuu” goda Tika sambil menyikut Naomi. Yang disikut cuman diem aja, malah tambah senyum senyum.
“Mii, cerita kek, ish yaudah lah Naomi sekarang mah gitu ya..” Tika yang dongkol belagak ngambek.
“Nggak ada apa-apa koook.” Naomi masih senyum senyum penuh rahasia. Kemudian ia melirik Tika, yang sepertinya agak kecewa sahabatnya itu nggak mau curhat ke dia. Naomi menghela nafas.
“Maaf, Tik, belajar dari pengalaman.. Aku takut nanti malah berabe kalo aku curhat. Curhat itu.. bisa berbuntut panjang. dan aku nggak mau yang dulu dulu itu keulang. Biar aku sendiri aja yang tau, paling enggak untuk saat ini..”
***
Bel berbunyi, istirahat siang. Anak anak ribut berhamburan dari kelas masing masing. Ada yang sekedar nongkrong, duduk duduk di bangku sambil ngobrol, atau cus ke kantin. Naomi pun memilih pergi ke kantin bersama Kira dan Tika, mengisi perut yang keroncongan sejak pelajaran Pak Muhammad tadi.
@kantin…
“Eh, btw, kemarin kalian jadi ke benteng, yang festival festival celengan itu?” tanya Tika dengan mulut penuh batagor.
“Jadi, trus ada Nathan juga. Sayangnya festival celengannya tuh ternyata baru dibuka abis maghrib. Kagol kan?? Nah daripada nggak kagol terus kita bertiga jalan aja gitu. Eeee tapi aku malah jadi obat nyamuk.” Jawab Kira cuek tanpa mengalihkan pandangan dari hp-nya, setelah itu melirik Naomi dan terkikik.
“Apa apaan tuh maksudnya?? Obat nyamuk??” Naomi mulai nggak nyantai ngomongnya.
“Yaa gitu kan ya, Mi. Diih sok sok gak ngedong deh. Ya kan sambil jalan itu akunya ditinggal mulu’ sama kalian. Waktu beli sate, waktu ke mall itu jugaaa. huuuu” semprot Kira dengan wajah-tanpa-dosa tanpa mempedulikan Naomi yang geregetan menahan malu.
“Apaaan siiih jangan bikin gosip aneh aneh deh!” Naomi menyela ucapan Kira dengan wajah merah padam. “Aku sama Nathan tuh!…”
Tika dan Kira serempak melirik Naomi sembil senyum senyum nggak jelas. Wajah Naomi makin merah. Makanya, Naomi cuma pasrah ketika sahabat sahabatnya itu mulai menginterogasi dirinya, dan ketika perasaannya pada Nathan terbongkar. Mau bagaimana lagi? Naomi mengeluh, menyesali sikap & reaksinya yang terlalu mudah ditebak, dan mengapa ia tidak bisa ber-‘pokerface’. Hahaha.
***
Tak terasa sebentar lagi ujian tengah semester. Naomi lumayan gelagapan karena selama ini ia memang jarang belajar, atau sekedar membuka buku, mengulang pelajaran yang telah diajarkan. Hari pertama ujian, Naomi dibuat ngefly lagi hanya gara gara sikap sepele Nathan..
“Naomi..” Nathan menyapa Naomi sambil tersenyum.
Naomi membalasnya dengan lambaian tangan dan senyuman, seperti biasa. Hmm, susah buat seorang Naomi walaupun sekedar mengucapkan kata kata, sapaan atau salam, jika orang itu Nathan.
Naomi pun mengambil materi ujian hari ini, lalu nimbrung di tempat Nathan, Fitri, Muhammad, dan Fia, sekedar ngobrol sambil membahas soal soal yang kira kira nanti akan keluar.
Tak terasa, bel masuk pun berbunyi, semua peserta ujian segera duduk di kursinya masing masing. Lalu guru pengawas pun masuk. Sebelum Naomi mencapai kursinya, tiba-tiba..
“Naomi, bajumu baru ya?” tanya Nathan.
Naomi menoleh, agak kaget. “Udah lama kok..” jawabnya lirih. Nathan hanya tertawa.
Di kursinya, Naomi hampir melonjak saking senangnya. Baju kotak kotak biru itu memang baru kali ini dipakainya ke sekolah, kelas 8 ini. Dan…. Nathan menyadarinya! Padahal teman-teman Naomi tak ada satupun yang sadar. Entah Nathan cuma sekedar bertanya atau memang cowok itu memperhatikannya… Ah, Naomi ngefly lagi deh gara-gara Nathan.
Label:
cerbung :),
cerpen :),
curcol ala namputz
Wednesday, August 17, 2011
Annyeong :D
Haloo pembaca setia berjumpa lagi dengan saya si gadis yang sedang patah hati :'3 lol hahaha. 19062011-16082011. Singkat banget kan? Aku bahkan belum kenal dia lebih deket. Hahaha :') tapi ya udah mungkin ini udah jalannya.. Menurutku sebulan (lebih dikit) kemarin berkesan banget, so aku mau ngucapin terimakasih banyak ke kamu! :'D Makasih udah pernah jadi someone special buat aku hehehe :') Padahal 3 hari lagi kita anniv ke-2 bulan..:') Skjnakmshsygbgtlhosmkm. Tpmwgmn? :'") Gomawoyo buat yang udah terjadi selama ini :') Aku nggak bakal lupa dan jujur, perasaanku mungkin bakal tetep sama seperti sebelumnya. Cuman yang beda, kamu bukan punyaku lagi :') Aku udah curcol kayak gini di banyak tempat, maaf postinganku mengganggu, mohon dimaklumi.. Aku galau, cengeng dan pengecut banget hari ini. bahkan buat masuk, sekedar upacara pun aku nggak berani soalnya aku tau aku bakal liat kamu disana, berdiri jadi pengibar bendera, dan jujur aku belum siap buat itu soalnya aku sadar diri kita udah bukan 'apa-apa' lagi :") makasih dan sampai jumpa ya, secepatnya bisa dipastikan aku akan kembali lagi seperti awal kelas 8 dulu. hahha *ksbb*
-Mencintai tidak berarti harus memiliki kan? :')
Sekali lagi makasih, ya :')
-Mencintai tidak berarti harus memiliki kan? :')
Sekali lagi makasih, ya :')
Label:
cuap cuap,
curcol ala namputz,
THE REAL ME :)
Tuesday, August 9, 2011
19 Juni 2011 ^^
Aku bisa dibilang.. telat banget mosting ini :p udah kelewat.. mm.. hampir 2 bulan ya. Hehe. Tanggal 19 Juni 2011, i have namja chingu, i have a relationship with someone special hahaha :D
Di masa SMPku, ini yang pertama :3. Sementara buat dia, ini yang kedua. Walaupun baru sebentar aku harap hubungan ini bisa terus lanjut. Soalnya......
Kamu itu beda sama yang laen :') dan.. hey, aku terlanjur sayang e sama kamu :') jangan tinggalin aku, ya? :') biarkan aku menikmati perasaan terbang dan bahagia ini lebih lama lagi bersamamu :')
Di masa SMPku, ini yang pertama :3. Sementara buat dia, ini yang kedua. Walaupun baru sebentar aku harap hubungan ini bisa terus lanjut. Soalnya......
Kamu itu beda sama yang laen :') dan.. hey, aku terlanjur sayang e sama kamu :') jangan tinggalin aku, ya? :') biarkan aku menikmati perasaan terbang dan bahagia ini lebih lama lagi bersamamu :')
Buat kamu yang disana..
Saranghaeyo! :*
Label:
cuap cuap,
curcol ala namputz,
gaje,
lil poetry
Cerpen Iseng Separo Curcol :p
Halo blogger :) lama tidak berjumpa dengan saya kan ya. lama gak ol, sibuk kelas 9 :p hehehe. Hari ini entah kenapa pengen banget mem-posting cerpen bikinanku. yaa jadi ceritanya itu ini cerpen buat tugas :p tugasnya bu Endang -,- ceritanya sedikit curcol, maklum, namanya aja CERITA PENDEK BERDASARKAN KISAH NYATA. Yaa jadi emang harus agak curcol gitu kan :3 ini cerita tentang... Baca aja sendiri ah! Semoga mengerti dengan inti cerita ini (?) dan semoga suka/berkesan ya hehe :3 So, Check this out ;)
“Apa? Bikin artikel tentang festival celengan untuk majalah sekolah?”
“Iya,” Kira merapikan setumpuk kertas di mejanya. “Kita kan redaksi, adik kelas aja udah banyak yang nyumbang karya. Masa’ iya kita enggak nyumbang apa-apa. Lagian kita kan jarang ngeliput langsung kayak gini, Mi.”
“Iya sih.. Tapi..” Aku menggigit bibir. Masih bimbang. Ngeliput langsung? Ah, aku belum pernah melakukannya.
“Ngga ada tapi-tapian. Udah lah, lagian kita juga nggak cuman berdua kok.” potong Kira sebelum ucapanku selesai.
Refleks aku menoleh ke arah Kira dan bertanya heran, “Emang sama siapa lagi?”
“Sama Nathan.” jawab Kira santai.
Aku membelalak. “Nathan?” tanyaku kaget.
“Iyaa. Dia anak kelas kita lho. Jangan bilang gak inget….”
“Inget kok inget.” Kali ini giliran aku yang memotong ucapan Kira. Kemudian aku berbalik, menghirup angin sepoi dari jendela yang terbuka di depanku.
Kira mendekat dan berdiri di sebelahku. “Kenapa sih? Kok kayaknya nggak seneng gitu..”
“Enggak.. bukannya nggak seneng.. cuman….” Aku menghentikan ucapanku
“Kenapa kenapa?” Kira mendekatkan wajahnya, memasang muka penasaran.
“Ada deeeh~ hahaha,” Aku tertawa keras, makin keras saat melihat wajah dongkol Kira.
Aku sendiri tidak mengerti. Rasanya aneh saja mendengar nama Nathan. Apalagi nantinya aku harus, mau nggak mau, meliput bareng dia. Yah, meskipun kami sekelas, aku dan dia jarang berinteraksi secara langsung. Aduuuh sebenarnya ada apa sih denganku? Oh.. mungkin aku hanya takut nggak cocok sama dia nantinya saat meliput. Iya, pasti begitu. Perasaan aneh ini juga pasti akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan selesainya kami meliput…
***
“Udah siap? Kita berangkat sekarang ya..” kata Kira sambil menggendong tas ranselnya.
“Eh… Nathannya mana?” tanyaku ragu.
“Oiya.. aduuh itu anak satu kemana sih.. keburu siang nih, panas banget!” gerutu Kira.
“Heei maaf ya telat! Tadi disuruh kumpul bentar..” tiba-tiba orang yang sedang dibicarakan muncul. Nathan. Badannya basah oleh keringat, sepertinya ia berlari lari kesini. Aku tertawa kecil melihatnya cengengesan. Lucu sekali dia, sepertinya serius sekali untuk meliput hari ini, sampai lari-lari segala.
“Huuu ngaret terus ah kamu! Yaudah kita berangkat sekarang yuk, biar cepet kelar juga!”
Kami bertiga pun berangkat menuju tempat festival celengan diadakan.
***
“Naik bis??” tanya Kira setengah memprotes.
“Iyalah, mau naik apalagi emangnya? Daripada ngesot. Masih untung ada kendaraan.” Sahut Nathan cuek sambil melambaikan tangan pada sebuah bis di kejauhan. Lagi lagi aku hanya tertawa. Entah kenapa hari ini aku lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya, saat aku bersama Kira, aku akan sangat cerewet. Tapi hari ini berbeda. Mungkin.. karena ada Nathan.
Saat kami naik ke dalam bis, bis tersebut sudah penuh sesak dengan orang-orang. Untungnya masih tersisa tempat. Aku duduk bersebelahan dengan Nathan, sementara Kira duduk di samping seorang nenek tua.
“Panas ya..” ujar Nathan sambil menyeka keringatnya.
Aku mengangguk-angguk setengah melamun. Diam-diam aku curi-curi pandang ke arah Nathan saat dia tak melihatku.
“Kamu baru kali ini naik bis kota?” tanya Nathan tiba-tiba, membuyarkan aku yang sedang memperhatikannya.
“Ha? Eh, enggak kok.. Sering juga sama sahabatku.. Kalo nona gedongan kayak Kira sih aku yakin ini pertama kalinya..” sahutku sambil tersenyum jahil pada Kira.
Nathan tertawa renyah, membuatku jadi memperhatikannya lagi. Tiba-tiba saja, Nathan melihat ke arahku! Aaa aku jadi salah tingkah, kepergok sedang curi-curi pandang ke arahnya. Wajahku segera memerah seperti kepiting rebus, maka aku membuang muka agar Nathan tak mengetahuinya. Aku ini ngapain sih sebenarnya!
Sepanjang perjalanan, Nathan dan Kira terus saja mengobrol, sementara aku hanya diam sambil memandang keluar jendela. Sesekali aku mendengarkan pembicaraan mereka. Aku jadi tahu sedikit banyak hal tentang Nathan dan aku merasa benar benar telah melihat sisi lain Nathan hari ini. Nathan yang disini, berbeda dengan imagenya di sekolah yang tegas dan penuh kharisma. Nathan yang sekarang duduk di sampingku adalah Nathan yang lucu dan menyenangkan. Aku tersenyum sendiri. Mungkin perjalanan kali ini akan mengasyikkan….
***
“Festivalnya baru dibuka sehabis maghrib?” seru Kira kesal, kaget.
“Gimana dong?” tanyaku lesu. Ya ampun, bagaimana nggak kesal? Kami sudah jauh jauh kesini, bela-belain berpanas-panas demi liputan ini, dan ternyata, hasilnya sia sia. Nathan tidak bereaksi apa-apa. Kemudian ia malah mengajakku dan Kira berjalan jalan di sekitar benteng.
“Mumpung udah sampai sini, kita jalan jalan aja yuk!” ajaknya dengan wajah sumringah. Aku terkesima. Di saat saat seperti ini, ia masih bisa tersenyum, bahkan berusaha menghibur kami... Aku, Kira, dan Nathan pun mulai berkeliling. Tiba-tiba di tengah tengah perjalanan.. “Eh, kalian berdua cocok lho, kenapa nggak jadian aja?” teriak Kira.
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Kira sedang memegang handphonenya, berlagak seperti fotografer, memotretku dan Nathan. Aduh, jantungku jadi berdebar tak karuan gara gara ucapan Kira. Aku menoleh dan jantungku semakin berdebar hebat saja melihat Nathan senyum senyum. Tuhan, tolong beritahu aku, ada apa sebenarnya denganku hari ini??
***
Hari mulai mendung. Tepat setelah Kira selesai makan sate, hujan deras pun turun. Kami bertiga berlari lari kecil mencari tempat berteduh.
“Naomi, tutupi kepalamu dengan jaket!”
Aku yang sedang bengong sempat kaget oleh seruan Nathan, kemudian aku mengangguk. Jantungku berdebar lagi. Menyebalkan…
Karena hujan semakin deras dan keadaan tak memungkinkan untuk pulang sekarang, kami bertiga memutuskan untuk mampir di sebuah mall, sekedar berteduh dan membeli makanan.
Aku, Nathan, dan Kira memesan burger di sebuah outlet. Kami makan diselingi tawa gara gara lelucon yang berulang kali dilontarkan Nathan. Dia benar benar menyenangkan.. Aku jadi merasa nyaman bersamanya.. Eh, apa sih yang aku pikirkan barusan? Ngelantur berat. Naomi dan Nathan? Itu tidak akan mungkin.
***
Waktu semakin sore dan akhirnya aku harus pulang. “Udah dulu, ya, Kira, Nathan, aku pulang dulu.. Sampai ketemu di sekolah, makasih untuk hari ini.” Pamitku sambil tersenyum.
“Naomi!” panggil Nathan.
Aku berbalik. “Ya?”
“Nggak papa. Hati-hati.” Kata Nathan sambil tersenyum lebar lalu melambaikan tangan.
Untuk yang kesekian kalinya wajahku memerah dan jantungku berdebar. Jangan jangan ini pertanda.. Tuhan, jangan bilang ini yang namanya perasaan suka...
Kau bu\at aku bertanya, kau buat aku mencari
tentang rasa ini aku tak mengerti
Akankah sama jadinya bila bukan kamu
namun senyummu menyadarkanku
kau cinta pertama dan terakhirku
***
Aku tersenyum sendiri melihat foto di tanganku. Foto siapa lagi kalau bukan fotoku dan Nathan, 19 Juni 2011. Aku sudah puas memutar kembali semua memori indah itu. Hari itu benar benar berkesan untukku. Hari itu, 19 Juni 2011, hari dimana seorang Naomi pertama kalinya menyukai Nathan, dan mungkin akan menyukainya selamanya.
Gimana? Alay ya? :p udah ada yang bilang alay sih.. :3 tapi biarin lah. yg penting aku bikinnya pake hati... :)
Khamsahamnida udah baca.. ^^
Pertama Kalinya
“Apa? Bikin artikel tentang festival celengan untuk majalah sekolah?”
“Iya,” Kira merapikan setumpuk kertas di mejanya. “Kita kan redaksi, adik kelas aja udah banyak yang nyumbang karya. Masa’ iya kita enggak nyumbang apa-apa. Lagian kita kan jarang ngeliput langsung kayak gini, Mi.”
“Iya sih.. Tapi..” Aku menggigit bibir. Masih bimbang. Ngeliput langsung? Ah, aku belum pernah melakukannya.
“Ngga ada tapi-tapian. Udah lah, lagian kita juga nggak cuman berdua kok.” potong Kira sebelum ucapanku selesai.
Refleks aku menoleh ke arah Kira dan bertanya heran, “Emang sama siapa lagi?”
“Sama Nathan.” jawab Kira santai.
Aku membelalak. “Nathan?” tanyaku kaget.
“Iyaa. Dia anak kelas kita lho. Jangan bilang gak inget….”
“Inget kok inget.” Kali ini giliran aku yang memotong ucapan Kira. Kemudian aku berbalik, menghirup angin sepoi dari jendela yang terbuka di depanku.
Kira mendekat dan berdiri di sebelahku. “Kenapa sih? Kok kayaknya nggak seneng gitu..”
“Enggak.. bukannya nggak seneng.. cuman….” Aku menghentikan ucapanku
“Kenapa kenapa?” Kira mendekatkan wajahnya, memasang muka penasaran.
“Ada deeeh~ hahaha,” Aku tertawa keras, makin keras saat melihat wajah dongkol Kira.
Aku sendiri tidak mengerti. Rasanya aneh saja mendengar nama Nathan. Apalagi nantinya aku harus, mau nggak mau, meliput bareng dia. Yah, meskipun kami sekelas, aku dan dia jarang berinteraksi secara langsung. Aduuuh sebenarnya ada apa sih denganku? Oh.. mungkin aku hanya takut nggak cocok sama dia nantinya saat meliput. Iya, pasti begitu. Perasaan aneh ini juga pasti akan hilang dengan sendirinya bersamaan dengan selesainya kami meliput…
***
“Udah siap? Kita berangkat sekarang ya..” kata Kira sambil menggendong tas ranselnya.
“Eh… Nathannya mana?” tanyaku ragu.
“Oiya.. aduuh itu anak satu kemana sih.. keburu siang nih, panas banget!” gerutu Kira.
“Heei maaf ya telat! Tadi disuruh kumpul bentar..” tiba-tiba orang yang sedang dibicarakan muncul. Nathan. Badannya basah oleh keringat, sepertinya ia berlari lari kesini. Aku tertawa kecil melihatnya cengengesan. Lucu sekali dia, sepertinya serius sekali untuk meliput hari ini, sampai lari-lari segala.
“Huuu ngaret terus ah kamu! Yaudah kita berangkat sekarang yuk, biar cepet kelar juga!”
Kami bertiga pun berangkat menuju tempat festival celengan diadakan.
***
“Naik bis??” tanya Kira setengah memprotes.
“Iyalah, mau naik apalagi emangnya? Daripada ngesot. Masih untung ada kendaraan.” Sahut Nathan cuek sambil melambaikan tangan pada sebuah bis di kejauhan. Lagi lagi aku hanya tertawa. Entah kenapa hari ini aku lebih banyak diam. Tidak seperti biasanya, saat aku bersama Kira, aku akan sangat cerewet. Tapi hari ini berbeda. Mungkin.. karena ada Nathan.
Saat kami naik ke dalam bis, bis tersebut sudah penuh sesak dengan orang-orang. Untungnya masih tersisa tempat. Aku duduk bersebelahan dengan Nathan, sementara Kira duduk di samping seorang nenek tua.
“Panas ya..” ujar Nathan sambil menyeka keringatnya.
Aku mengangguk-angguk setengah melamun. Diam-diam aku curi-curi pandang ke arah Nathan saat dia tak melihatku.
“Kamu baru kali ini naik bis kota?” tanya Nathan tiba-tiba, membuyarkan aku yang sedang memperhatikannya.
“Ha? Eh, enggak kok.. Sering juga sama sahabatku.. Kalo nona gedongan kayak Kira sih aku yakin ini pertama kalinya..” sahutku sambil tersenyum jahil pada Kira.
Nathan tertawa renyah, membuatku jadi memperhatikannya lagi. Tiba-tiba saja, Nathan melihat ke arahku! Aaa aku jadi salah tingkah, kepergok sedang curi-curi pandang ke arahnya. Wajahku segera memerah seperti kepiting rebus, maka aku membuang muka agar Nathan tak mengetahuinya. Aku ini ngapain sih sebenarnya!
Sepanjang perjalanan, Nathan dan Kira terus saja mengobrol, sementara aku hanya diam sambil memandang keluar jendela. Sesekali aku mendengarkan pembicaraan mereka. Aku jadi tahu sedikit banyak hal tentang Nathan dan aku merasa benar benar telah melihat sisi lain Nathan hari ini. Nathan yang disini, berbeda dengan imagenya di sekolah yang tegas dan penuh kharisma. Nathan yang sekarang duduk di sampingku adalah Nathan yang lucu dan menyenangkan. Aku tersenyum sendiri. Mungkin perjalanan kali ini akan mengasyikkan….
***
“Festivalnya baru dibuka sehabis maghrib?” seru Kira kesal, kaget.
“Gimana dong?” tanyaku lesu. Ya ampun, bagaimana nggak kesal? Kami sudah jauh jauh kesini, bela-belain berpanas-panas demi liputan ini, dan ternyata, hasilnya sia sia. Nathan tidak bereaksi apa-apa. Kemudian ia malah mengajakku dan Kira berjalan jalan di sekitar benteng.
“Mumpung udah sampai sini, kita jalan jalan aja yuk!” ajaknya dengan wajah sumringah. Aku terkesima. Di saat saat seperti ini, ia masih bisa tersenyum, bahkan berusaha menghibur kami... Aku, Kira, dan Nathan pun mulai berkeliling. Tiba-tiba di tengah tengah perjalanan.. “Eh, kalian berdua cocok lho, kenapa nggak jadian aja?” teriak Kira.
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Kira sedang memegang handphonenya, berlagak seperti fotografer, memotretku dan Nathan. Aduh, jantungku jadi berdebar tak karuan gara gara ucapan Kira. Aku menoleh dan jantungku semakin berdebar hebat saja melihat Nathan senyum senyum. Tuhan, tolong beritahu aku, ada apa sebenarnya denganku hari ini??
***
Hari mulai mendung. Tepat setelah Kira selesai makan sate, hujan deras pun turun. Kami bertiga berlari lari kecil mencari tempat berteduh.
“Naomi, tutupi kepalamu dengan jaket!”
Aku yang sedang bengong sempat kaget oleh seruan Nathan, kemudian aku mengangguk. Jantungku berdebar lagi. Menyebalkan…
Karena hujan semakin deras dan keadaan tak memungkinkan untuk pulang sekarang, kami bertiga memutuskan untuk mampir di sebuah mall, sekedar berteduh dan membeli makanan.
Aku, Nathan, dan Kira memesan burger di sebuah outlet. Kami makan diselingi tawa gara gara lelucon yang berulang kali dilontarkan Nathan. Dia benar benar menyenangkan.. Aku jadi merasa nyaman bersamanya.. Eh, apa sih yang aku pikirkan barusan? Ngelantur berat. Naomi dan Nathan? Itu tidak akan mungkin.
***
Waktu semakin sore dan akhirnya aku harus pulang. “Udah dulu, ya, Kira, Nathan, aku pulang dulu.. Sampai ketemu di sekolah, makasih untuk hari ini.” Pamitku sambil tersenyum.
“Naomi!” panggil Nathan.
Aku berbalik. “Ya?”
“Nggak papa. Hati-hati.” Kata Nathan sambil tersenyum lebar lalu melambaikan tangan.
Untuk yang kesekian kalinya wajahku memerah dan jantungku berdebar. Jangan jangan ini pertanda.. Tuhan, jangan bilang ini yang namanya perasaan suka...
Kau bu\at aku bertanya, kau buat aku mencari
tentang rasa ini aku tak mengerti
Akankah sama jadinya bila bukan kamu
namun senyummu menyadarkanku
kau cinta pertama dan terakhirku
***
Aku tersenyum sendiri melihat foto di tanganku. Foto siapa lagi kalau bukan fotoku dan Nathan, 19 Juni 2011. Aku sudah puas memutar kembali semua memori indah itu. Hari itu benar benar berkesan untukku. Hari itu, 19 Juni 2011, hari dimana seorang Naomi pertama kalinya menyukai Nathan, dan mungkin akan menyukainya selamanya.
Gimana? Alay ya? :p udah ada yang bilang alay sih.. :3 tapi biarin lah. yg penting aku bikinnya pake hati... :)
Khamsahamnida udah baca.. ^^
Label:
cerpen :),
curcol ala namputz
Subscribe to:
Posts (Atom)